Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis bagiku kayak berenang, kita menyelam dalam nyari sesuatu dan keluar air untuk napas lalu nyelam lagi. Jadi daripada bakat mari kita sebut nulis itu keterampilan yang mungkin sekali untuk dilatih tiap hari

Selanjutnya

Tutup

Film

"Ranah 3 Warna", Film Inspiratif Berlatar Indonesia Lama

7 September 2022   13:50 Diperbarui: 7 September 2022   14:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku belum baca bukunya, tapi aku sudah kenal dengan gaung nama penulis pak Fuadi. Nama ini selalu mejeng di tumpukan buku bestseller di berbagai toko buku. Kutebak sih film ini semi autobiografis, dengan bumbu hiperbola fiksi sana-sini. 

Aku sudah nonton beberapa wawancara sang penulis yang ternyata alumni Hubungan Internasional juga mirip tokohnya. Tujuan film untuk membangkitkan semangat edukasi sebagai alat menaikkan derajat terasa tidak memaksa audiens untuk menelan pesan moral mentah-mentah. Pola absurd kehidupan nyata, semisal si tokoh utama ternyata salah ditempatkan kerja, momen iman rapuh lalu ditempa makin kuat, serta tidak mendapatkan pujaan hatinya, membuat cerita bergulir segar tanpa mengorbankan buaian mimpi-mimpi yang adalah daya jual produk sebuah film(contohnya, prosedural pertukaran pelajar Kanada yang tentu ribet tidak ditunjukkan film yang targetnya menyemangati memulai). 

Aku suka dengan plot twistnya yang mengena, pun perkembangan karakter tokoh utama yang selalu menjadi arketip dinomor duakan ditata dengan cemerlang kukira menjadi daya pikat utama film ini bagi audiens yang dari strukturnya kurasa merupakan cukilan daya tarik novelnya.

Pemilihan fisik kasting tergolong cermat pesan bangga keindahan lokal(aktor pemeran utama juga mampu memikat penonton dengan emfasis kebiasaan-kebiasaan kecil karakter seperti cara memperbaiki letak kacamata dan sebagainya) walaupun sayangnya pembelajaran logat Minang asli serta pembacaan Quran dikatakan belum sempurna. Tapi kekurangan film tertutupi dengan seleksi latar belakang film dari mempertegas nuansa Indonesia lama serta pilihan adegan Kanada yang teliti. Overall, ini adalah film yang kutunggu-tunggu untuk tonton ulang di Netflix. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun