Bagaimana dengan perintah yang lain ? harusnya juga dibuktikan dengan kepatuhan pelaksanaannya pada perintah tersebut. tak mungkin satu parameter digunakan mengukur indikator yang lain. setidaknya ini yang saya pelajari di bangku akademis agar tidak terjadi salah ukur. ketika sudah mempunyai kesadaran untuk tidak mengkaitkan jilbab dengan keimanan, maka tidak mungkin seseorang mempersepsikan keduanya berkorelasi, tidak mungkin ada lagi perasaan takut "tertipu" cassing. kritik saya berikutnya adalah menjadi tak layak jika para wanita pemakai hijab yang ini berkemungkinan menipumu. jika tidak ingin merasa ditipu,maka jangan berpersepsi. wanita juga bukan handphone dan alat elektronik.
Wanita bukan barang. jilbab juga bukan cassing untuk menutupi barang yg dipakaikan oleh pemiliknya. berhenti menganalogikan wanita sebagai barang yang dikuasai pemiliknya, ingin dipasang lepas casingnya oleh pemiliknya. wanita adalah manusia yg mempunyai akal dan berdaya,memakai jilbabpun memutuskannya menggunakan akalnya, bukan dipakaikan pemiliknya seperti casing hp yg menjadi propertimu. Â mesin didalamnya kacau ? tetap sama, sikap wanita tidak sama dengan mesin. tetapi jikapun mengikuti analogimu rasanya tak ada manusia yg saat ini cukup bodoh jika membeli handphone hanya dari rupa cassingnya tanpa melakukan pengukuran sekecil apapun itu terhadap performa mesinnya.
"wanita solihah jadi tersembunyi di antara barang rongsokan yang telah dikemas menawan" kritik soal kalimat ini rasanya hampir senada dengan kririk sebelum sebelumnya. tetapi saya ingin menyoroti satu fenomena yang cukup kontradiktif dengan statement ini. sadar atau tidak, beberapa tahun ini di indonesia sedang ada satu gerakan yang masif untuk mengajak perempuan memakai jilbab. mulai dari pendakwah, dan saya rasakan sendiri pengaruh ajakan tersebut di lingkungan saya. saya melihat satu persatu teman mulai menggunakan jilbab.Â
Saya secara personal merasa senang jika mereka meyakini apa yang dijalankan. puncak dari gelombang ini adalah ketika ada seorang public figur yang memutuskan melepas jilbabnya, yang kemudian disusul reaksi banyaknya kecaman terhadapnya. tidakkah kamu sadari hai penulis statement bahwa jika mengikuti analogimu, saat ini di indonesia sedang ada gerakan mengemas barang dengan menawaan? hingga yang mencoba melepas kemasan tersebut dikecam publik. opini publik dibangun tak hanya oleh satu atau dua orang, tetapi orang2 yang mempunyai opini senada. dan saat ini sayangnya opini yang dominan adalah opini untuk menilai iman dari jilbabnya :)
there is good hijaber and bad hijaber. there is also good non hijaber ad bad non hijaber, judge them from what they do, not from what they wear. let allah do the rest in judgement day
nothing is personal here. saya hanya mengkritik argumennya ya, bukan oragnya/penulisnya ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H