Istilah self reward sebenarnya sudah lama keberadaanya. Bisa saja implementasinya tanpa disadarai juga sudah sejak lama dilakukan oleh banyak orang. Namun bagi saya pribadi, self reward mulai akrab diperbicangkan belum lama ini. Didorong dengan media sosial yang gencar bahkan menyatu dengan deru kehidupan manusia membuat banyak konsep, istilah, maupun kegiatan tertentu menjadi topik pembicaraan.Â
Jika mengetikannya pada mesin pencarian mengenai pengertian self reward maka akan muncul berbagai artikel dari banyak media yang mengangkat perihal self reward. Bukan hanya artikel-artikel yang terkesan santai penulisannya, namun juga hingga artikel jurnal yang sudah menjadikan topik ini sebagai objek penelitian. Mengenai self reward, secara singkat diartikan sebagai penghargaan kepada diri sendiri.
Mengenai penghargaan acap kali diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Sehingga tidak jarang bertendensi munculnya rasa kebutuhan akan validasi. Mengenai kebutuhan akan validasi, saya mengingat teori kebutuhan milik Maslow.Â
Piramida kebutuhan Maslow menyebutkan terdapat 5 kebutuhan manusia yang disajikan dalam bentuk hierarki, sehingga diartikan manusia bisa meningkatkan kebutuhannya jika kebutuhan dibawahnya sudah terpenuhi. Apabila disebutkan dari bawah atau dari kebutuhan yang lebih dulu harus terpenuhi, kebutuhan menurut Maslow terdiri dari kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri.Â
Dari kebutuhan-kebutuhan tersebut terdapat penghargaan sebagai salah satunya. Penghargaan berada pada urutan ke-4 sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Tepat dibawah kebutuhan akan penghargaan terdapat kebutuhan akan kasih sayang. Singkatnya kita tidak bisa beranjak pada kebutuhan penghargaan  jika kebutuhan akan kasih sayang belum terpenuhi. Mari bawa kesimpulan singkat ini pada konsep self reward.
Self reward berarti penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri. Bukan orang lain yang memberikan penghargaan tersebut, sehingga seseorang hanya sebagai penerima penghargaan, melainkan orang tersebut menjadi pemberi sekaligus penerima akan penghargaan. Terbiasa dengan konsep bahwa manusia adalah makhluk sosial, mungkin konsep self reward terdengar aneh, karena hanya melibatkan diri sendiri. Namun selain makhluk sosial manusia juga merupakan makhluk individu.Â
Sebagai makhluk individu manusia membutuhkan ruang yang hanya dia seorang diri. Tidak dapat dipungkiri sebagai makhluk sosial manusia terbiasa dengan berbagai kegiatan dari keberlangsungan hidupnya yang mengharuskan dia berhubungan dengan orang lain, berinterksi, menjalin relasi, atau sebatas ramah-tamah penuh basa-basi. Kegiatan ini bagi sebagian orang mungkin terdengar biasa dan bukan masalah. Namun bagi sebagian yang lain kehidupan sosial juga menyisakan rasa lelah.Â
Rasa lelah karena harus terus membangun interaksi dan relasi. Sehingga dibutuhkan ruang untuk diri sendiri. Walaupun aneh, namun ruang sendiri adalah langkah tepat untuk mengistirahatkan diri dari hingar kehidupan. Dari penjelasan yang tidak seberapa ini dapat diambil suatu pernyataan bahwa sendiri bukanlah hal yang aneh. Begitupun dengan memberi penghargaan kepada diri sendiri. Memberi penghargaan berarti ada hal berharga sehingga harus diberikan penghargaan.Â
Untuk bisa memberikan penghargaan berarti sang pemberi penghargaan harus mengetahui dan menyadari terlebih dahulu mengenai hal apa yang harus dihargai. Penghargaan tidak akan terjadi jika sang pemberi tidak menyadari tentang sesuatu hal apa yang harus dihargai. Jika dikaitkan dengan self reward, berarti diri sendiri harus mengetahui dan menyadari bahwa ada suatu hal yang berharga, dan pantas untuk dihargai.Â
Hal ini mengingatkan saya pada suatu fase dimana saya merasa tidak berguna. Ketika saya merasa tidak berguna berarti saya masih jauh dari memberikan self reward. Karena sebagai pemberi penghargaan saya tidak menyadari bagian berharga dari pihak yang akan diberi penghargaan, yaitu diri saya sendiri. Dengan kata lain untuk bisa melakukan self reward berarti kita harus "sadar" bahwa diri kita sudah memberikan effort yang harus dihargai.
Tidak semua orang mudah dalam melakukan self reward. Banyak orang termasuk saya di masa lampau yang merasa sangat sulit dalam memberikan self reward. Perasaan beraroma rendah diri sering kali menjadi pagar tinggi untuk memberikan self reward. Jika kita masih terjebak dalam situasi tersebut maka kita perlu waspada dan peduli bagaimana kita mampu memaknai diri. Karena bisa saja kita masih berada pada kebutuhan dibawahnya. Kembali pada kebutuhan yang dikemukakan Maslow, bahwa penghargaan berada tepat di atas kebutuhan akan kasih sayang.Â