CERITA HARI INI
Pagi ini, mata terbuka dengan tiba-tiba, kepala pusing hinggap di kepala, kesiangan terjadi karena alarm tak berbunyi, entah aku lupa menghidupkan alarm atau handphone yang entah eror atau kenapa, aku tak sempat memperhatikan. Padahal biasanya, alarm berbunyi tiap pagi, mungkin pengaturannya aku ubah, jadi dia tak berbunyi seperti biasa. Emosi melonjak naik turun, karena pusing menghampiri, tiada konsentrasi. Apalagi melihat lalu lintas yang meski masih pagi, sudah ramai saja, menyeruak di jalanan.
Hari ini tak seperti biasanya, kemacetan memang wajar terjadi, namun tidak seperti pagi ini. TB Simatupang yang biasanya ramai lancar, macet sekali dari arah tanjung barat hingga fatmawati, sampai terkantuk-kantuk, tidur di busway berkali-kali. Jam 07.00 biasanya sampai tempat kerja, akhirnya jam 07.45 baru sampai tempat tujuan. Namun diri belum bertanya-tanya, ada apakah di hari ini.
Agenda hari ini pun masih biasa saja, mengerjakan tugas harian, menyusun materi-materi yang diperlukan untuk menuntaskan pekerjaan. Meskipun ada acara pengukuhan guru besar Rektor UMJ, namun diri hanya ingin berdiam diri, ingin merasakan sunyi. Menjelang acara usai, meskipun masih ada sambutan dan orasi dari tamu undangan, seorang teman tiba-tiba menyapa lewat WA, ingin es kopi dan dia menyuruhku datang ke tempat acara, akhirnya aku bergegas menyapa dan membawakannya es kopi.
Dari sinilah cerita mulai bergulir, mendengarkan sambutan-sambutan tamu undangan, lalu mendengarkan dan mengaminkan doa yang terucap dari Ustad Adi Hidayat, bagaimana seharusnya kita berperilaku, berkebangsaan dan memahami diri sendiri serta orang lain, membuat hati luluh, mleyot dan akhirnya brebes mili.
Setelah mengucapkan selamat kepada Rektor, temanku mengajakku bersantap makan siang, meski kadang, makan ditempat seperti itu, aku kurang berselera. Setibanya dilantai 3, hal yang tak disangka-sangka datang, ketemu Pak Ulil Absar Abdala, seperti mimpi saja. Beliau ada di depan mataku dan akhirnya dengan berani aku sapa beliau. Aku sendiri kaget, tidak menyangka. Mungkin beliau juga tak menyangka, tak menduga juga sepertiku. Akhirnya beban pesan untuk sowan ke tempat beliau, berkurang dan akhirnya aku lega. Meski tak sempat berbicara panjang lebar, namun pertemuan ini membuat diri seperti terangkat dari beban berat. Akhirnya seperti hutang, yang akhirnya terbayar.
Terkadang hidup seperti roller coaster, apa yang kamu rasakan, kegelisahan yang kamu alami, kegundahan yang terjadi, kehampaan yang menghampiri, kesunyian yang menghinggapi, hingga membuat diri bertanya-tanya sendiri. Kemudian jawaban datang sendirinya, seperti titah turun dari langit. Pada kenyataannya, hidup adalah misteri. Tanpa kita tahu, apa dan mengapa Tuhan begini, mengapa keinginan tak terwujud kenyataan, malah yang lain yang terjadi atau mengapa banyak begini begitu yang tak sejalan dengan harapan, jauh sekali dengan kenyataan yang akhirnya menimbulkan kekecewaan.
Seperti waktu, terkadang apa yang selama ini baik, ternyata tidak. Apa yang terlihat buruk, belum tentu selamanya begitu. Hari ini, ada satu pelajaran penting yang bisa aku ambil dari doa ustad Adi bahwa hidup adalah bagaimana menjadi pribadi yang baik, tulus, membersihkan diri dari penyakit hati, fi sabilillah, spirit perjuangan, materi bisa dicari, kedamaian bisa diciptakan asal kita berdamai dengan diri sendiri.
Note : Mengingatkan aku pada 1 dekade, masih menjadi misteri, mengapa aku akhirnya disini dan hanya sang pencipta yang tahu pasti jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H