Dalam perkembangan zaman dewasa ini, terdapat banyak perubahan drastis yang di alami masyarakat. Mulai dari belanja online yang bisa direngkuh dalam jari, tak perlu kesana kemari dengan biaya mahal, tinggal duduk manis saja barang yang dipesan diantarkan kerumah masing-masing. Di tengah perkembangan IT yang cepat berubah, jika kita tertinggal maka otomatis kita akan jauh dibelakang, tertinggal dan terasing ditengah peradaban.
Belum lagi, maraknya trend chat GPT yang digadang-gadang mampu menjawab persoalan yang dialami manusia. Menyebabkan manusia harus pintar menyeleksi perkembangan yang ada, memampukan diri untuk mengikutinya serta menyensor dampak buruk yang ditimbulkan akibat perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Chat GPT merupakan kecerdasan buatan yang cara kerjanya  menggunakan format percakapan, kita menanyakan atau memberikan pertanyaan, kemudian mendapatkan jawaban dalam waktu yang singkat dan cepat.
Menurut penulis sendiri, hal ini merupakan upaya efisensi untuk mendapatkan keinginan dalam waktu yang singkat, kita tidak membuang waktu terlalu lama. Namun berdampak kurang baik dalam meningkatkan daya pikir manusia. Bisa jadi, dengan adanya chat GPT manusia menggampangkan sesuatu, karena mendapatkan apa yang di inginkan secara instan, tidak mau pusing memikirkan lagi tentang jawaban yang diberikan. Tidak menyeleksi dan mengevaluasi jawaban-jawaban yang diberikan oleh chat GPT.
Manusia sudah seharusnya menggunakan akal dalam berfikir, jadi harus berfikir sebelum bertindak dengan mempertimbangkan berbagai aspek dari setiap kebijakan yang akan diambil. Lalu, apakah kita tidak boleh menggunakan chat GPT. Sebenarnya, sah-sah saja menggunakan chat GPT untuk memenuhi kebutuhan kita, namun manusia harus lebih bijak dalam menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Jangan hanya bergantung pada hasil atau proses yang instan. Mengikuti zaman atau trend adalah sebuah keharusan, agar tak tertinggal dalam proses kehidupan yang ada.
Ditengah peradaban, manusia wajib menyeleksi apa yang diterima, membuang hal negatif dan mengembangkan hal yang positif. Yang baik untuk diri sendiri, yang buruk perlahan ditinggalkan. Bijak menjadi manusia adalah kunci agar kita tidak terombang ambing dalam kehidupan yang ambigu. Meski tidak sempurna, manusia pun terdapat luput dan keliru, namun menjadi manusia yang memanusiakan manusia adalah terobosan manusia untuk tetap menjadi manusia yang berempati kepada orang lain, peduli sesama dan tidak menimbulkan kerugian untuk diri sendiri dan orang lain.
Jangan mati segan hidup tak mau, melakukan hidup tanpa perencanaan bagaikan hidup dalam badai hujan tornado, jika kompetensi diri kurang maka harus sadar diri dalam meningkatkan kualitas dan kemampuan diri, jangan menggantungkan diri pada orang lain. orang yang mampu menjaga kualitas maka dengan sendirinya akan mampu bertahan ditengah sengitnya kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H