-Jika ingin mempunyai tujuan atau goal yang ingin dicapai, maka  profesional itu harga mati, membangun profesionalitas itu dengan kompetensi itu harga diri, sedangkan membangun team work itu harga sukses (Dickdick Sodikin)-.
Sebuah profesionalitas adalah harga mati. Apalagi saat seperti ini, memasuki era 5.0 yang mengakibatkan sumber daya manusia harus berbasis kompetensi. Jadi sudah sewajarnya, kita berbenah dan membangun budaya baru, berbasis kompetensi yang diakui oleh BNSP. Kata-kata di atas disampaikan pak Dickdick ketika menyampaikan materi Pelatihan Excellent Service bagi Pustakawan "Layanan Prima Menuju Profesiolitas Pustakawan" Â pada tanggal 14/01/2023 di Uhamka.
Memasuki era 5.0 ini, Â budaya dan etos kerja banyak mengalami perubahan terjadi dalam masyarakat. Perubahan mengakibatkan disrupsi, perubahan dalam bertingkah laku/perilaku. Perilaku atau cara kerja yang kita lakukan selesai pandemi covid-19 mengalami perubahan. Jika kita terbiasa melakukan kegiatan/pekerjaan secara bertatap muka dengan orang lain, maka ketika kita mengalami covid-19 kegiatan yang dilakukan lebih banyak secara online.
Budaya kerja banyak mengalami pergeseran, yang ada kian menghilang, atau sbelumnya tidak ada menjadi ada, biasanya bertatap muka secara offline, selama pandemi covid-19 kegiatan dilakukan lebih banyak online dan WFH. Pergeseran yang mengakibatkan perubahan, harus siap dihadapi. Jika kita tidak siap menghadapi perubahan maka mau tidak mau akan mengalami ketertinggalan dalam banyak aspek dan kian lama maka kita akan menghadapi kemunduran dalam menghadapi kemajuan teknologi.
Agar kualitas SDM manusia terutama pustakawan tetap terjaga, maka adanya pelatihan excellent service ini menjadi salah satu jawaban dalam menghadapi perubahan. Bagaimana pustakawan harus bersikap menghadapi perpustakaan. Pustakawan harus selalu bersikap ramah dan memberikan kepuasaan kepada pengguna perpustakaan. Namun tetap harmoni dalam mematuhi aturan yang ada di perpustakaan.
Stigma perpustakaan dan pustakawan yang judes, tidak ramah, akan menghilang dengan sendirinya, apabila layanan yang diberikan berbasis pada keramahan, efisien dan efektif serta mampu menjawab semua kebutuhan pengguna perpustakaan. Demi menjaga kualitas SDM yang ada di perpustakaan, maka perpustakaan wajib memiliki SDM yang berkualitas. Indicator kualitas  salah satu  yang dapat digunakan adalah pustakawan dengan berbasis kompetensi.Â
Kompetensi yang dimaksud adalah pustakawan memiliki kompetensi yang diakui oleh BNSP, contohnya adalah sertifikasi pustakawan. Sertifikasi pustakawan adalah sertifikasi profesi yang harus dimiliki oleh pustakawan, dengan sertifikasi maka sudah dapat dipastikan bahwa pustakawan tersebut di akui kemampuannya oleh negara, yang ini dikeluarkan oleh BNSP.
Selain itu, skill lain yang harus dilatih oleh pustakawan adalah skill menulis. Perpustakaan adalah sumber peradaban, jadi sudah sewajarnya bagi pustakawan, menerapkan dalam kesehariannya untuk rajin membaca dan menullis, sebelum mereka menyuruh dan menghimbau pengguna perpustakaan untuk membangun kebiasaan membaca dan menulis.
Ada pertanyaan saya yang bagi saya akhirnya menggelitik, bagaimana membangun budaya menulis di kalangan pustakawan. Padahal sebagaimana penjabaran pak Dickdick  bahwa membangun budaya itu sulit, meski bukan yang mustahil. Beliau menjawab, bahwa ketika kita ingin membangun budaya menulis, ikutlah komunitas menulis dan beliau mencontohkan temannya yang rajin menulis di Kompasiana. Saya pun berkata, bahwa saya rajin juga menulis disana. Sebuah kebetulan yang bukan hanya sebuah kebetulan semata.Â
Terkadang kita mendapat jawaban mengapa kita harus tetap menulis itu dari orang lain. Ketika kita ingin berhenti menulis, atau bosan dengan tulisan yang kita miliki, namun semesta menjawab dengan caranya sendiri. Satu pesan pak Dickdick bahwa orang yang tidak mau menulis, maka tinggalkanlah kelompok itu dan bangunlah sebuah komunitas menulis agar orang lain bergairah menulis, berkarya dan tetap produktif.
Tugas seorang pustakawan salah satunya adalah membangun peradaban. Eksistensi perpustakaan lahir karena ada pustakawan yang produktif, aktif dan pastinya berilmu sesuai dengan profesinya.Â