Mohon tunggu...
Nidaul Haq
Nidaul Haq Mohon Tunggu... Pustakawan - Me

Suka baca novel

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Makna Pustakawan, Kilas Balik Sebuah Perjalanan

1 Agustus 2022   15:51 Diperbarui: 1 Agustus 2022   15:52 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan hidup manusia terkadang menjadi sebuah misteri. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi. Namun takdir kehidupan yang kita jalani, pastilah buah karma atas perilaku baik dan buruk yang dilakukan manusia. 

Dalam kehidupan yang saya jalani, mulai kecil hingga berakhir remaja dan memasuki bangku kuliah kemudian mengambil jurusan di  ilmu perpustakaan, memberikan sebuah kenyataan bahwa pustakawan bukanlah sebuah cita-cita yang saya bangun sejak dini dan tidak pernah saya fikirkan sebelumnya.

Memiliki sebuah cita-cita adalah impian. Impian saya masih sama seperti anak kebanyakan, yang ingin menjadi dokter, polisi, advokat ataupun profesi lainnya. 

Sebuah cita-cita yang umum, yang dicita-citakan seorang anak yang berasal dari sebuah daerah di pinggiran kota kecil yang terpencil. Saya pernah berbangga hati, menjadi dokter kecil saat ada program sekolah, bahagia karena pernah mengikuti hal tersebut dikarenakan tidak semua anak di sekolah saya, dapat mengikutinya.

Namun di saat dewasa, takdir ternyata berkata lain. Saat hendak kuliah, saya masih tidak tahu dengan jurusan apa yang mesti saya ambil. Saya lebih cenderung menyukai dunia psikologi, namun saat mendaftar ke jurusan ini, harus ada tes buta warna. 

Waktu yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi persyaratan tersebut. Apa mau dikata, pilihan pertama yang saya ambil adalah jurusan ilmu komunikasi dikarenakan saya menyukai dunia jurnalistik dan hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi. 

Mengapa komunikasi, saya berharap waktu itu bisa melipir menjadi wartawan, penulis fiksi dan sejenisnya. Pilihan kedua, baru saya memilih jurusan perpustakaan, bukan karena dari awal cinta atau prospek pekerjaan di masa mendatang menjanjikan, namun karena sejak kecil saya menyukai dunia membaca dan menulis, juga atas saran dari paman saya yang selalu setia memberikan asupan majalah-majalah yang hingga kini saya cintai. 

Saya mencintai sastra lebih dari apapun. Meski puisi saya tidak seindah puisi-puisi Sapardi atau humanis seperti novel Pramoedya atau seliar karya Remy Sylado, namun inilah cita-cita saya yang sebenarnya, menjadi seorang penyair atau novelis yang berkarakter, bonus terkenal dan karyanya dicintai sepanjang masa.

Saat pengumuman di koran mengenai kelulusan prodi yang saya pilih di sebuah Universitas Negeri Islam di Yogyakarta, saya masih ingat betul, tidak ada nama saya di jurusan ilmu komunikasi. 

Sempat mengalami kekecewaan, namun saya berfikir positif. Bahwa kecintaan saya dengan dunia membaca dan menulis yang akan mengantarkan saya untuk setia berkiprah dalam profesi ini. Meski awalnya, pilihan jurusan saya tidak terpilih.

Menjadi seorang pustakawan membuat saya berfikir bahwa pustakawan yang ada di dalam perpustakaan itulah yang harus berbenah diri untuk tetap berfikir maju dan kritis dalam menghadapi situasi yang terjadi di perpustakaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun