Mohon tunggu...
Nida NurMaulida
Nida NurMaulida Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

nulis yang ringan-ringan saja, semoga bermanfaat hehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam

29 Maret 2023   12:38 Diperbarui: 29 Maret 2023   12:40 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan agama islam merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membentuk karakter seseorang. Kepemimpinan dan bimbingannya adalah ajaran agama yang ditujukan agar manusia mempercayai Tuhan dengan sepenuh hatinya. Patuh dan tunduk melaksakanan perintah-Nya dalam bentuk beribadah dan berakhlak mulia. Arti dari pembentukan karakter menurut islam yaitu usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Qur'an dan al-Sunnah.

 Dengan demikian karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.

Sedangkan menurut istilah terdapat beberapa pengertian tentang karakter, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah sebagai berikut:

   a. Menurut Thomas Lickona karakter adalah "A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way" yang berarti suatu watak terdalam untuk merespon situasi dalam suatu cara yang baik dan bermoral. Lickona menambahkan "Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior." Artinya: karakter tersusun terbagi dalam ketiga bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan bermoral dan perilaku bermoral. Berdasarkan pandangannya tersebut, Lickona menegaskan bahwa karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (desiring the good), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (doing the good). Inilah tiga pilar karakter yang diharapkan menjadi kebiasaan (habbits), yaitu habbits of the mind, (kebiasaan dalam pikiran), habits of the heart (kebiasaan dalam hati), dan habits of action (kebiasaan dalam tindakan).

   b. Menurut Doni koesoema "kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir".

   c. Menurut Poerwadarminta yang dikutip oleh Marzuki "karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi pembeda antar seseorang dengan orang lain."

            Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada di dalam diri individu. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran. Manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar, manusia memiliki dua kecenderungan karakter yang berlawanan yaitu karakter baik dan buruk.

Pendidikan agama pada hakekatnya membangun moral suatu bangsa. Ketentraman hidup sehari-hari di dalam masyarakat, tidak hanya semata-mata ditentukan oleh ketentuan hukum, tetapi juga dan terutama didasarkan atas ikatan moral nilai-nilai kesusilaan serta sopan santun yang didukung dan dihayati bersama oleh seluruh masyarakat. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang berpegang pada moralitas tidak bisa lain kecuali dengan Pendidikan, khususnya pendidikan agama. Sebab moralitas yang mempunyai daya ikat dalam masyarakat bersumber dari agama, nilai-nilai agama dan norma-norma agama dalam bentuknya sebagai akhlak mulia. Agama yang berdimensi ke dalam pada kehidupan manusia membentuk daya tahan unuk menghadapi sikap dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan ucapan batinnya.

Pendidikan agama Islam bagi anak didik dirasakan sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa. Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengarahkan manusia menjadi bermanfaat, beradab dan bermartabat dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam, serta menghasilkan output yang berkarakter baik. Menanamkan pendidikan Islam pada anak sejak dini berarti ikut mempersiapkan generasi bangsa yang berkarakter, anak-anak adalah calon generasi bangsa yang diharapkan mampu memimpin bangsa dan menjadikan negara yang berperadaban, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dengan berakhlak mulia serta menjadi generasi yang berilmu pengetahuan dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.. Oleh karena itu pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah sebagai salah satu upaya pembentukan karakter siswa sangatlah penting. Pembentukan karakter anak akan lebih baik jika muncul dari kesadaran keberagamaan bukan hanya karena sekedar berdasarkan prilaku yang membudaya dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun