Pendidikan adalah bagian penting dalam membangun kemajuan suatu bangsa. Namun, sangat disayangkan pendidikan di Indonesia masuk ke dalam peringkat 54 dari 78 negara yang termasuk dalam World Population Review karena banyaknya masalah yang dihadapi. Menurut survei PISA (Programme for International Student Assesment), Indonesia menempati 6 terbawah dari 79 negara. Fakta tersebut memperkuat pernyataan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih kurang dibandingkan negara lain.
Oleh karena itu, perkembangan ilmu pedagogik dilakukan untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memajukan pendidikan, salah satunya dengan mengembangkan sistem kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka identik dengan kata memerdekakan dalam hal ini memerdekakan sekolah, memerdekakan guru, dan memerdekakan peserta didik. Memerdekakan peserta didik menurut Ki Hajar Dewantara berarti peserta didik di beri kesempatan untuk mengembangkan potensi kodrat yang dimiliki peserta didik tanpa dipaksa oleh siapapun. Mendidik dengan membimbing dari belakang untuk menggali kekuatan potensi alamiah berdasarkan kondisi internal peserta didik.
Ki Hadjar Dewantara mengenalkan konsep sistem among dalam pendidikan. Sebagai bentuk realisasi dan prinsip kemerdekaan diri dalam terciptanya masyarakat yang tertib dan damai atau demokrasi, "among" berarti memberi kebebasan pada peserta didik. Seorang pamong/pendidik akan bertindak jika peserta didik melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan. Made menjelaskan bahwa pendidikan bukan semata-mata untuk mencari kualitas intelektualitas saja, melainkan juga pendidikan dan pengajaran yang holistik yaitu emosional dan intelektual, serta kebutuhan fisik dan mental.
Pembelajaran diferensiasi adalah langkah dalam memerdekakan peserta didik dan menjadi kesatuan sistem yang relevan dengan kurikulum merdeka. Ciri dan sifat pembelajaran diferensiasi adalah proaktif, menekankan pada kualitas, berakar pada asesmen, berorientasi pada peserta didik, dan pembelajaran yang aktif sehingga meingkatkan motivasi belajar peserta didik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aulia, dkk bahwa guru tidak mengajar tanpa mengetahui bagaimana kemampuan peserta didik sehingga dalam pembelajaran diferensiasi guru perlu memulai kegiatan pembelajaran dengan tes diagnostik. Pembelajaran diferensiasi menerapkan berbagai instruksi pembelajaran sehingga dapat mengakomodasi keunikan setiap peserta didik berdasarkan minat, kesukaan, kekuatan, dan kesulitan mereka. Urgensi pembelajaran diferensiasi menurut Samsul, sebagai berikut: (1) peserta didik lebih tertantang; (2) memberi kesempatan peserta didik menjadi tutor sebaya; dan (3) guru mengakui bahwa satu pengukuran untuk semua tidak relevan karena belum memenuhi kebutuhan setiap peserta didik yang beragam.
Pembelajaran diferensiasi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk diimplementasikan karena peserta didik dibentuk kelompok berdasarkan kebutuhan peserta didik baik kesiapan ataupun gaya belajar. Untuk diferensiasi produk, peserta didik misalnya membuat produk sesuai gaya belajarnya. Dalam merancang produk, tentu saja membutuhkan waktu yang cukup. Berdasarkan hasil pengamatan saya selama PPL, terdapat beberapa peserta didik yang memanfaatkan waktu tersebut untuk bermain ataupun mengobrol yang tidak relevan dengan pembelajaran.
Guru harus melaksanakan asesmen diagnostik dalam pembelajaran diferensiasi. Berdasarkan hasil penelitian Vini dkk, guru mengalami kesulitan dalam pengimplementasian pembelajaran diferensiasi karena terbatasnya waktu untuk asesmen diagnostik. Sebab kedua adalah, guru harus memetakan hasil diagnostik dalam waktu singkat agar pembelajaran selanjutnya dapat terlaksana sesuai prinsip pembelajarn diferensiasi. Hal ini, membuat para guru merasa tertekan dan kewalahan dengan penilaian berkelanjutan serta harus merancang banyak konten dan proses.
Pembelajaran diferensiasi memliki banyak manfaat, tidak luput juga kekurangannya. Namun, dari kekurangan tersebut dapat kita jadikan peluang untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih baik lagi. Pembelajaran diferensiasi harus terus diterapkan agar peserta didik semakin terbiasa. Pembelajaran berdiferensiasi juga dapat mengakomodasi kelompok peserta didik tertentu dengan kebutuhan khusus. Dalam pendidikan di Indonesia, pembelajaran diferensiasi diperlukan agar dapat mengakomodasi peserta didik yang multikultural. Kesimpulannya, pembelajaran diferensiasi sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Abidarda, Yulizar, and Rudi Haryadi. “Merdeka Belajar: A Study of the Pros and Cons for Education in Indonesia.” Indonesian Counseling and Pstchology 4, no. 2 (2024): 67–76. https://www.researchgate.net/deref/https%3A%2F%2Fjurnal.unimed.ac.id%2F2012%2Findex.php%2Fergasia%2Findex?_tp=eyJjb250ZXh0Ijp7ImZpcnN0UGFnZSI6InB1YmxpY2F0aW9uIiwicGFnZSI6InB1YmxpY2F0aW9uIn19.
Achmad, Widya Karmila Sari. “Pembelajaran Berdiferensiasi: Teori Dan Praktik Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Disampaikan Pada ‘Webinar Nasional PGSD UNESA.’” Universitas Negeri Surabaya, 2023. https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s2dikdas.pasca.unesa.ac.id/file/a4b05c1d-9a86-4489-9343-72c3ca81806b.pdf.
Aulia, Intan Nurayu, Rafa Dilla Nurofiana, and Mutia Aprianti. “Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMPN 19 Tangerang Selatan Dalam Seminar Nasional Dan Publikasi Ilmiah "Transformasi Pembelajaran Digital Berbasis Pendidikan Karakter Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang Bermutu Dan,” 38–45. Tangerang Selatan: Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2024. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/index.