Mohon tunggu...
Nida NafishaZahrah
Nida NafishaZahrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate of Management

Spread love and positivity.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kelangkaan dan Naiknya Harga Gas Elpiji di Tengah Pandemi Covid-19

16 Juni 2022   20:50 Diperbarui: 16 Juni 2022   21:01 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pertengahan tahun 2020, Indonesia digegerkan oleh berita virus COVID-19 atau biasa disebut dengan corona. Pertama kalinya COVID-19 dilaporkan masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020 di Depok, Jawa Barat. Kasus penularan pertama ini terungkap setelah pasien 01 melakukan kontak dekat WN Jepang yang ternyata positif COVID-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020. Selang dua hari, pasien 01 merasa kurang enak badan dan mengeluhkan gejala yang mirip COVID-19. Gejala yang ia rasakan seperti batuk, sesak, dan demam dalam kurun waktu 10 hari. (Detik.health.com)

Banyak sekali dampak dari adanya virus ini, salah satunya adalah kerugian di beberapa perusahaan besar Indonesia bahkan di manca negara. Kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut tidak lah terbilang sedikit, bahkan ada perusahaan yang merugi dengan total milyaran rupiah. Tidak hanya perusahaan besar yang mengalami kerugian, perusahaan-perusahaan merintis sekalipun juga mengalami dampaknya. Apalagi usaha rumahan yang terbilang kecil bisa mendapatkan dampak yang cukup besar karna adanya virus ini.

Oleh karena itu, pemerintah memberikan pencegahan virus ini dengan cara melakukan karantina kepada masyarakat. Karantina ini diberlakukan agar masyarakat tidak banyak kontak fisik dengan orang lain dan mencegah virus ini semakin menyebar luas. Dengan adanya karantina ini atau lockdown banyak pegawai yang melakukan aktivitas kantor dari rumah (work from home), tidak hanya itu beberapa pegawai juga terpaksa diberhentikan karna adanya kerugian di perusahaan tersebut.

Tidak hanya perusahaan-perusahaan besar yang terkena dampaknya, ibu rumah tangga pun ikut diterpa kerugian oleh pamdemi COVID-19. Kelangkaan dan naiknya harga gas elpiji ini membuat beberapa ibu rumah tangga bahkan pengusaha dibidang pangan ikut merasakan kesulitan. Mulanya gas elpiji hanya sulit ditemukan keberadaannya namun setelah bertambahnya volume penjualan, harga gas elpiji mulai naik. Yang sebelumnya Rp. 21.000 menjadi Rp. 22.000.

Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Lamhot Sinaga meminta kepada

PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan PT Pertamina untuk segera mengatasi kelangkaan dan menstabilkan harga gas di tengah pandemi virus corona. Menurutnya masyarakat sudah mengalami kesulitan di masa pandemi, dan hal itu merupakan tanggung jawab negara.

Dia mengatakan bahwa fakta-fakta kelangkaan dan tingginya harga gas tersebut terekam ketika terjun ke lapangan. Di mana, dia mendapati masih ada masyarakat kesulitan mendapatkan gas di tengah mengikuti arahan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). (Merdeka.com)

Setelah naiknya harga gas elpiji pada saat itu, hingga sekarang masih belum ada kenaikan harga. Kelangkaan gas elpiji ditengah masa pandemi sudah tidak terjadi lagi hingga sekarang, PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) & PT. Pertamina sangat bekerja dengan baik untuk mengatasi hal tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun