Bismillaah..
Ingin sedikit berbagi cerita tentang masa-masa di mana diri ini pernah bertemu langsung dengan Sang Arsitek kelas Dunia, sebut saja beliau dengan pak Ridwan Kamil a.k.a Kang Emil (@ridwankamil) , serta Sang Asatidz Tarbiyah, pak Oded M. Danial a.k.a Mang Oded (@odedMD_01). Pertama-tama, saya akan menceritakan kisah saya dengan Kang Emil. Sebenarnya tidak ada niatan saya untuk bertemu beliau dengan sengaja. Saya tidak tahu kalau beliau ternyata mengisi acara di kegiatan yang saya ikuti kala itu, yakni TOENAS (Try Out Etos Nasional) 2012 di GOR KONI Bandung. Ini merupakan kegiatan simulasi ujian SNMPTN jalur tulis yang diadakan oleh para mahasiswa Beastudi Etos Dompet Dhuafa Indonesia. Pagi itu saya dan kakak tingkat saya janjian untuk datang kesana bersama-sama dan akhirnya sampailah kami di sana. Kami duduk di tempat kursi penonton yang terbentang luas dan berundak-undak itu. Bebas mau duduk di mana saja. Tapi ternyata tempat duduk bagian bawah sudah penuh, terpaksa kami harus naik untuk duduk di wilayah tengah. Ternyata tidak hanya saya dan kakak tingat saya saja yang berada di sana. Saya banyak menemukan teman-teman seperjuangan saya di sana. Teman-teman lintas SMA/MA/SMK se-Kota Bandung, Ah.. terasa semakin hangat rasanya.. :) ************************************ Waktu mengerjakan soal pun dimulai. Kami sudah diberikan nomor identitas dan sebagainya untuk melengkapi LJK tiap peserta. Begitu hening. Semua fokus mengerjakan soal. Lucunya, masih saja ada yang bertindak menyimpang, sebut saja menyontek. Padahal ini baru simulasi, bagaimana dengan ujian yang aslinya? Di menit-menit terakhir, saya masih bingung menentukan pilihan jurusan yang akan saya pilih. Alhamdulillaah dengan segera saya pilih Pendidikan Biologi UPI dan ternyata diterima. Tapi kenyataannya, saya sekarang kuliah di Psikologi UPI. Syukuri saja, masuk Psikologi itu susah, dan menjalaninya pun tidak kalah susahnya (eh, hehe). ************************************ Timer pengerjaan soal pun sudah menunjukkan angka 00:00:00. Itu berarti semuanya harus segera mengumpulkan berkas soal dan LJK-nya. Lega rasanya ketika sudah dikumpulkan, walau soal-soal yang sulit saya selesaikan masih terngiang-ngiang di otak saya ini -__-" Ternyata acara selanjutnya yaitu Talkshow dengan Sang Arsitek kelas Dunia, pak Ridwan Kamil! Saya senang sekali kala itu karena beliau itu idola saya sejak... sejak kapan ya? saya lupa lagi, hehe Beliau menceritakan biografi diri, pengalaman, serta berbagai prestasi yang beliau torehkan hingga mancanegara. Masyaa Allaah.. bangganya bangsa ini memiliki generasi emas yang gemilang dan harum namanya. :) Di akhir talkshow, ternyata panitia acara ini menyediakan beberapa doorprize untuk peserta yang bisa menjawab pertanyaan dari Kang Emil. Dan kalian tahu apa doorprize-nya itu? Sebuah buku! Dan itu merupakan buku yang saya inginkan dari beberapa hari yang lalu sebelum kegiatan ini berlangsung. Kakak tingkat SMA saya, teh Iis Casmiati (FTMD ITB 2009) yang sangat semangat menawarkan buku itu untuk saya beli. Memang awalnya saya ada niatan untuk membelinya, tapi ternyata Allaah takdirkan yang lebih indah. Uang saya selamat (loh, hehe). Kang Emil pun memberi sebuah pertanyaan yang bagi saya begitu sederhana dan mudah di jawab, yaitu "Tahun berapa ITB berdiri?", semua peserta malah terdiam membisu. Saya yang sudah tahu namun sedikit ragu pun ikut-ikutan diam membisu juga, seperti terjadi Konformitas, haha. Akhirnya saya pun mengacungkan tangan dan saya kaget, ternyata hanya saya saja yang ngacung. Kang Emil pun langsung memanggil saya ke depan untuk menemuinya. Jantung saya seketika berdetak lebih kencang! Keringat dingin pun tiba-tiba saja keluar seperti gejala ingin pingsan (ah lebay nid, haha). Saya pun menjawabnya, yaitu tahun 1920. Beliau pun tersenyum dan berkata bahwa jawaban saya benar. Beliau pun segera memberikan buku itu kepada saya. Panitia pun ada yang mendekat untuk mengabadikan moment bersejarah ini. Dan inilah hasilnya, Nah, buku yang saya pegang itu mahakarya dari para mahasiswa penerima Beastudi Etos Dompet Dhuafa. ini saya berikan sedikit resensi sederhananya dari blog sebelah , dengan sedikit perubahan :) Toga Di Tepi Jendela kisah nyata menjadi sarjana di tengah keterbatasan dan hambatan
karya  : lisa Casmiati, Nurul Rizqiyyah, Farendy Arlius,dkk penerbit : Dompet Dhuafa Buku ini berisikan kisah-kisah nyata perjuangan anak-anak muda di negeri ini dalam menggapai mimpi menjadi kaum terdidik di tengah perbagai keterbatasaan dan hambatan. Mereka berjuang untk menyakinkan diri, keluarga, dan masyarakat yang mencemooh cita-citanya. Mereka ingin membuktikan bahwa di tengah derita masih ada asa untuk menjadi bintang di republik ini. Keterbatasaan ekonomi tidak membuat Iis Casmiati, Nurul Rizqiyyah, Frendy Arlius, dkk. Selaku penulis buku ini. Bagi mereka semua dapat menjadi seorang mahasiswa/i adalah hal yang amat sngat musltahil. Namun impian mereka menjadi mahasiswa/i di universitas terbaik amat sangat besar. Berbagai cemooh dari orang-orang yang mendengar impiian mereka itu. Semua tetawa hanya karemna keadaan ekonomi yang tidak memadai. Namun berkat prestasi dan dukungan dari orang-orang yang menyayangi mereka akhirnya merreka dapat berkuliah di universitas terbaik di indonesia. Salah satunya ITB, IPB, UI, UGM, dll. Mereka dapat mewujudkan mimpi mereka tersebut karena bantuan dari Dompet Duafa melalui beastudi Etos. Yang didirikan tahun 2012. beastudi etos adalah beasiswa investasi pendidikan. Beasiswa ini di berikan kepada anak-anak tidak mampu namun sarat prestasi. Penerima beastudi etos biasa disebut (etoser). beastudi etoser bukan sekedar mendapatkan biaya pendidikan dan uang saku. Etoser juga diberikan pembinaan pengembangan diri dan asrama. Semua itu bagaikan mukjizat dari Allah yang telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk membuktikan kepada semua orang bahwa siapa pun dapat mempunyai mimpi, walaupun orang miskin sekalipun. Value … keadaan ekonomi bukanlah penghalang untuk mengapai cita-cita. Jika kita ada kemauan Insya Allah, Allah akan memberikan jlan keluar untuk hambanya yang mau berusaha. Tidak ada salahnya untuk kita bemimpi, karena mimpi itu GRATIS jadi bermimpilah sebesar-besarnya dan berusahalah untuk dapat mewujudkan mimpi tersebut. jangan pernah minder dengan keadaan keluarga kita yaa teman-teman :) Ya, semua kisah mereka dalam buku ini begitu membakar semangat saya untuk mengenyam pendidikan lebih serius lagi. Nasib mereka mungkin tidak seberuntung saya yang serba berkecukupan. Ketika membaca kisah mereka tiap lembarnya, air mata saya senantiasa menetes. Begitu berat beban hidup yang mereka pikul. Tapi ya, NEVER CRACK UNDER PRESSURE !!! Itu kalimat yang pas disematkan kepada mereka ini. Luar biasa, ALLAAHU AKBAR !!! ************************************** Setahun kemudian, saya mendapati kabar bahwa Kang Emil akan maju menyalonkan diri menjadi Walikota Bandung. Wah, saya sangat senang sekali ketika mengetahuinya. Saya telusuri, ternyata kabar itu benar. Beliau berpasangan dengan ayah teman saya, pak Oded Danial. Beliau biasa disapa Mang Oded ternyata, hehe. "Kalau Aku sih YES," haha. Bagi saya, pasangan ini sangat klop dan pas untuk wargi Bandung. Satu sisi, saya bangga dengan Kang Emil karena pernah bertemu dan memberikan buku langsung ke tangan saya. Di sisi lain, saya juga bangga dengan Mang Oded karena merupakan ayah kandung teman saya. Keduanya memiliki rekam jejak yang tidak usah diragukan lagi. Bisa para pembaca cari sendiri di dunia maya dan nyata, sudah cukup menggambarkan kapabilitas beliau-beliau ini. Lagi-lagi, skenario-Nya memang indah. Beberapa bulan kemudian, pasangan ini pun akhirnya resmi menjadi Walikota dan Wakil Walikota Bandung periode 2013-2018. Kota Bandung dipimpin oleh Sang Arsitek kelas Dunia dan Sang Asatidz Tarbiyah. ALLAAHU AKBAR !!! ************************************** Selanjutnya, saya akan mengisahkan tentang pertemuan saya dengan Sang Asatidz Tarbiyah ini. Kenapa saya katakan Asatidz Tarbiyah? Karena beliau memang dari Partai Keadilan Sejahtera. Kalau Kang Emil itu didukung Partai Gerindra, setahu saya :) Ini berawal dari tugas mata kuliah Psikologi Sosial I. Saya dan anggota kelompok saya berunding untuk menentukan tema apa yang akan kami angkat untuk mengerjakan tugas mata kuliah ini. Akhirnya, kami pun mengangkat isu terbaru saat itu terkait dengan para pengemis yang akan dijadikan pembersih jalanan. Kemudian, saya pun memutuskan agar kita bertemu langsung dengan Walikota / Wakilnya. Ternyata Allah mengizinkan kami untuk bertemu dengan Wakilnya di kantornya. Terkait birokrasinya, alhamdulillaah memudahkan jalan kami. Ummi memiliki nomor kontak istrinya pak Wakil. Dari sana saya mulai birokrasi ke istrinya. Selanjutnya dialihkan ke ajudannya. Namanya pak Teguh. Saya hubungi via telepon, dan saya kaget ternyata suaranya masih Aa-Aa begitu. Saya terus sebut dia dengan bapak. Dia merasa tidak nyaman dengan sebutan itu, dia bilang "saya masih muda kok, jangan panggil saya bapak, haha". "Oh siap kang, hehe", begitu jawab saya. Akhirnya saya pun meminta agenda waktu luang pak Wakil dari ajudannya dan alhamdulillaah ada, di hari Rabu itu, saya lupa lagi tanggalnya kapan -__-" Saya kecewa karena beberapa anggota kelompok saya ada yang tidak bisa ikut dengan saya untuk bertemu pak Wakil. Hanya Resdian, teman laki-laki satu-satunya di kelompok saya yang bisa menemani saya. Tiba-tiba, Resdian membuka tasnya dan mengambil kain batik. "Itu buat apa, Res?", "Hari ini kan hari Rabu, ya Rebo Nyunda, jadi harus pake ini di kepala", katanya dengan semangat. Waduh saya hampir lupa dengan program ini. :) Ya, kecewanya, saya bilang ke ajudannya akan membawa 6 orang termasuk saya. Tapi keyataannya saya hanya bisa membawa satu rekan saya. Ketika tiba di dalam ruangan, ternyata kami sudah disuguhkan berbagai aneka makanan ringan. Malu rasanya karena apa yang diucap lain dari kenyataan karena kondisi-kondisi yang tak terduga. Walau beliau sangat memahami, tapi sampai sekarang saya masih malu dengan pak Wakil. Maaf ya pak.. :'( Kami pun melaksanakan wawancara tentang isu yang sudah kami beritahukan sebelumnya. Sangat tegas, padat, lugas, dan jelas pemaparan dari beliau ini. Kami cukup puas menerimanya karena sesuai dengan harapan kami. Resdian, sebagai penanya aktif pun terus bertanya bahkan pertanyaannya pun sampai keluar dari topik. Tapi dengan legowonya pak Wakil menjawab semuanya. Di akhir wawancara, kami meminta foto dengan beliau dan beliau pun mengindahkannya. Alhamdulillaah..
Alhamdulillaah.. akhirnya tugas kami mewawancarai bapak Wakil Walikota Bandung untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial I pun telah selesai.. Luar biasa birokrasinya.. harus melewati ajudannya dulu dan ajudannya ternyata masih muda.. #eh hehee Terima kasih banyak ya pak, telah bersedia berbagi cerita dengan kami.. Sukses selalu, jazaakallaah khairan katsiira.. aamiin.. BANDUNG JUARA !!! Foto ini memang sudah saya posting duluan di facebook, ternyata banyak yang nge-like. hehe :) ************************************** Ya, Bertemu Sang Arsitek kelas Dunia dan Sang Asatidz Tarbiyah itu rasanya... Alhamdulillaah wa syukurillaah.. sangat bahagia sekali, karena tidak semua orang bisa seberuntung saya.. Allaah begitu banyak memberi nikmat kepada saya. Keinginan saya untuk bertemu dua tokoh terpenting di pemerintahan Kota Bandung ini pun sudah terealisasikan dengan indahnya.. :) Semoga seluruh rangkaian program BANDUNG JUARA dapat terealisasikan sesuai rencana ya pak, Aamiin yaa mujiibassaailiin..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya