Mohon tunggu...
Nida Nur Hanifah
Nida Nur Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga - 21107030016

If Happy Ever After Did Exist

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Edukasi Mengulik Sejarah (Bagian Tiga), Kenangan di Pulo Kenanga

6 Juni 2022   20:10 Diperbarui: 6 Juni 2022   20:31 1898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana di dalam Istana Pulo Kenanga (dokpri.nida)

"Ini sebagai pelambang atau simbol bagi penolak bala, namanya Kalamakara. Dulu kan masih menganut kepercayaan animisme. Bentuknya, berwujud kaya raksasa ini tinggal separuh tadinya lengkap ada kaki dan tangan, tadinya berada diatas tapi karena bencana hancur kebawah. Yang satunya lagi sudah hancur dan hanya ini yang tersisa" Jelas Pak Budi melanjutkan. 

Selain, patung buto sebagai simbol penolak bala. Di depan gapura pun di ukir-ukiran yang melambangkan tahun berdirinya bangunan tersebut. Ukiran ular yang melambangkan akhir tahun pendirian Taman Sari sekitar tahun 1691 dinamakan Lajering Sekar Cinabeka Beksi, jika dalam kalender Jawa adalah sekitar tahun 1766.

Di bawah situs Pulo Kenanga terdapat bangunan yang dahulu kala dijadikan sebagai dermaga atau pelabuhan. Tempat yang dikelilingi danau yang luas tentunya memiliki sebuah dermaga untuk memudahkan kegiatan masyarakat. Danau yang tadinya luas lambat laun tertimbun lahar dampak dari letusan gunung merapi sehingga berubah menjadi pemukiman. 

Bangunan yang tadinya merupakan pelabuhan dinamakan Gedhong Panembung. Pintu masuk Gedong Panembung merupakan anak tangga yang menuju ke bawah. Di ujung anak tangga kalian akan menemui pemusik yang bermain musik di dalamnya untuk menghibur pengunjung yang lewat.

para pemusik (dokpri.nida)
para pemusik (dokpri.nida)
Bentuk bangunan gedhong panembung ini seperti lorong bawah tanah yang menuju ke arah dermaga. 

Di Dalam lorong ini terdapat satu ruangan yang dahulu digunakan sebagai tempat meditasi dan bersemedi sultan untuk meminta kejayaan, kemenangan dan keamanan kerajaan. Dahulu kala dermaga digunakan sebagai tempat jika keluarga atau kerabat sultan ingin menuju tempat lain dengan menggunakan sampan.

Lorong Gedong Panembung (dokpri.nida)
Lorong Gedong Panembung (dokpri.nida)

"Menjelajahi Taman Sari merupakan hal yang luar biasa, banyak pelajaran dan sejarah yang bisa saya ambil, tentang kehebatan penguasa zaman dahulu tetapi mereka tetap berserah diri, rendah hati kepada Sang Maha Kuasa dilihat dari tempat tadi ya yang tempat meditasi sultan itu. Walaupun kini tidak sesempurna dulu ya bangunannya, tapi tetap menggambarkan betapa jaya nya kerajaan pada masa itu..." Ujar Nur, salah satu pengunjung.

Situs Taman Sari memang menyimpan banyak sejarah, tidak terlupa sejarah kenangan danau besar yang indah di Pulo Kenanga ini. Meskipun kini hanya tersisa puing-puingnya saja, diharapkan kita semua mampu menjaga peninggalan sejarah yang ada untuk diceritakan turun temurun kelak.

Nah, jangan lupa berkunjung ke Pulo Kenanga pulau sejuta kenangan apabila kamu berkunjung ke Yogyakarta ya!

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun