Lima anak tangga bermaksud melambangkan rukun islam yang lima dengan satu anak tangga yang menuju ke lantai dua dimaksudkan sebagai naik haji bagi yang mampu. Masjid yang tersembunyi ini terdiri dari dua lantai, lantai pertama untuk jamaah putri dan lantai kedua untuk jamaah putra.
Arsitektur masjid yang bergaya Jawa-Portugis ini dulunya juga difungsikan sebagai benteng pertahanan pada masa penjajahan kolonial. Bentuknya yang bulat dan kedap suara membuat masjid ini dahulu kala tidak memerlukan pengeras suara bagi imam apabila tengah melaksanakan shalat berjamaah. Suara imam akan menggema hingga ujung lorong dan terdengar oleh semua jamaah. Di sisi-sisi masjid terdapat banyak ventilasi udara berupa jendela dengan sekat-sekat kayu sehingga cahaya matahari dan udara dapat mudah masuk.
"Bangunan ini hanya dibuka sebagai obyek wisata. Bangunan ini sudah tidak pernah digunakan hampir bertahun-tahun sekitar tahun 1812, jadi sudah lama. Dahulu ketika dipakai juga jadi tempat untuk mengontrol air" Â lanjut Pak Budi.
Masjid yang unik ini memiliki dinding dengan ketebalan sekitar 1,25 meter, konon katanya dahulu kala tempat ini merupakan sebuah penampungan air sehingga mempunyai ketebalan tertentu. Temboknya memang terlihat kokoh dan berumur. Warnanya sudah coklat dan agak berdebu menggambarkan bahwa masjid ini sudah berumur dan menjadi saksi tempat kejadian-kejadian bersejarah. Atapnya yang terbuka membuat cahaya matahari leluasa masuk dan pengunjung bagaikan berada di dalam sumur raksasa yang lebar menghadap ke arah langit.
Hal yang lebih unik lagi adalah terdapat sumur yang terletak tersembunyi di bawah lima anak tangga. Sebenarnya bukan sumur, tetapi lebih mirip kepada telaga buatan yang terletak di tengah area lingkaran kecil tempat mimbar dan terlihat sembunyi dibalik lima anak tangga. Ternyata, sesuai dengan namanya gumuling dalam bahasa jawa berarti berputar dalam lingkaran sedangkan sumur berarti terdapat sumur di tengah lingkaran tersebut.
Lorong bawah tanah menuju Sumur Gumuling tidak hanya berhenti sampai situ saja, ternyata lorong bawah tanah itu masih panjang dan masyarakat sekitar meyakini konon, lorong itu tembus menuju daerah pantai selatan Jawa lebih tepatnya Pantai Parangtritis. Namun, pihak setempat kemudian menutup akses lorong tembus tersebut setelah melakukan berbagai pertimbangan. Oleh karena itu, jalur pulang pengunjung kembali melalui lorong bawah tanah kembali dari pintu masuk pertama tadi.
Sayangnya situs sejarah ini masih ditutup sejak bulan Maret tahun 2020 dan sampai sekarang masih belum dibuka. Adapun hal tersebut merupakan kebijakan Keraton Yogyakarta dan pihak pengelola tidak berhak melakukan apapun tanpa mendapat izin dari keraton.
" Setelah bencana alam masyarakat pada mengungsi kesini dengan mendapat izin dari keraton, jadi tanah ini milik keraton. Kalau masalah dibuka, tergantung Keraton yang punya situs ini, kalo sini gak boleh melanggar peraturan dari keraton..." Â Tutur Pak Budi
Keunikan Sumur Gumuling masjid yang tersembunyi di wisata Taman Sari ini memang menyimpan segudang sejarah dan misteri, banyak pengunjung berharap agar situs ini kembali dibuka agar masyarakat dapat mengunjungi dan belajar tentang sejarah yang ada dan agar bukti sejarah itu tetap lestari dan dijaga sepanjang masa.
"Saya berharap bisa kembali ke Taman Sari supaya bisa lebih memahami lagi apa yang tadi terlewat, karena kawasannya ternyata sangat luas dan luar biasa menakjubkan" Ujar Noorida, salah satu pengunjung ketika diwawancarai (03/06/2022)
Jadi, kapan kalian mengunjungi Sumur Gumuling? Semoga cepat-cepat dibuka lagi ya!