Mohon tunggu...
Nida Ramadhani
Nida Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa Sastra Arab UIN SUnan Kalijaga Yogyakarta

Suka jajan dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upacara Pernikahan Unik Suku Afar di Djibouti

10 Juni 2024   19:27 Diperbarui: 10 Juni 2024   21:36 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Republik Djibouti adalah negara kecil yang terletak di timur laut Afrika, menghadap ke Teluk Aden dan Selat Bab al-Mandab, yang menghubungkan Laut Merah dengan Samudera Hindia. Negara ini dikenal dengan iklimnya yang panas dan kondisi alam yang keras, di mana sebagian besar wilayahnya berupa gurun yang tidak mendukung kehidupan. Penduduk utama Djibouti terdiri dari dua suku besar, Afar dan Issa, yang historisnya merupakan suku-suku nomaden dengan karakter yang keras dan mandiri. Sekitar 100.000 penduduk Djibouti masih menjalani kehidupan nomaden hingga saat ini. 

Suku Afar, secara khusus, terkenal dengan sejarahnya yang suka berperang dan kemampuan bertahan hidup di lingkungan yang keras. Pada masa lalu, orang-orang Afar sering digambarkan sebagai pejuang yang kejam oleh para pelancong Eropa, dengan tradisi mengasah gigi dan mengebiri musuh. Mereka juga memiliki hubungan yang kuat dengan kawanan ternak mereka, khususnya unta, dan sering bernyanyi, menulis puisi, serta menenun legenda tentang mereka. Mereka rutin melakukan perjalanan dengan unta yang membawa garam dari Danau Assal ke Ethiopia untuk ditukar dengan biji-bijian.

Pada masa lalu, wilayah Djibouti adalah pusat perdagangan budak dan senjata yang aktif. Suku Afar sering kali menangkap budak dari suku lain untuk dijual kepada pedagang Arab. Kota Tadjoura, kota tertua di Djibouti, pernah makmur berkat perdagangan garam, rempah-rempah, dan budak. Meskipun kini telah kehilangan kepentingannya, Tadjoura masih menarik wisatawan dengan bangunan putih dan kehidupan tradisionalnya.

Pernikahan tradisional suku Afar adalah acara yang sangat penting dan melibatkan seluruh komunitas. Pernikahan dapat berlangsung dari tiga hari hingga seminggu, di mana tradisi dan ritual dijaga ketat oleh para tetua suku. Anak perempuan bisa menikah mulai usia sepuluh tahun, tetapi mereka tidak memiliki kebebasan memilih. Selain itu hal yang biasa bagi anak laki-laki tertua untuk menikahi putri dari paman ayahnya, aturan ini berlaku juga untuk anak-anak lainnya untuk menjaga kekayaan keluarga tetap utuh.

Proses pernikahan ini dimulai dengan negosiasi mahar atau "gabbaya" antara keluarga mempelai laki-laki dan keluarga mempelai perempuan. Mahar ini bisa berupa uang, hewan ternak, atau barang-barang berharga lainnya. Negosiasi mahar ini merupakan tahap krusial yang bisa memakan waktu cukup lama hingga tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak. 


Saat pernikahan, para wanita dari pihak pengantin pria membawa hadiah-hadiah untuk pengantin wanita dan keluarganya. Sementara itu, di halaman rumah Sultan, makanan disiapkan dalam jumlah besar: roti, salad, sayuran, nasi, dan daging kambing. Pengantin pria sedang mempersiapkan upacara pembersihan di pantai  sebelum memasuki kehidupan barunya, diikuti oleh kerabat dan teman-teman pria. Dia menjalani ritual pembersihan dengan air laut, kemudian berpakaian baru dan pergi ke masjid untuk mengucap janji pernikahan, meskipun pengantin wanita tidak ikut dalam upacara ini, ia dianggap sebagai istri sejak saat itu. 

Setelah upacara pembersihan, rombongan pengantin pria kembali ke pernikahan, di mana acara pindah ke tenda baru untuk pengantin. Tenda tersebut disebut Dabota, yakni struktur tradisional yang terbuat dari kerangka kayu dan anyaman. Lalu ditampilkan tarian Malbo, di mana gadis-gadis membawa belati. Tarian ini menunjukkan semangat pejuang suku Afar, dimana setiap penari mengenakan perhiasan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Acara ini merupakan puncak acara dari upacara pernikahan ini. Setelah itu, pengantin wanita yang disembunyikan di bawah kain hitam dibawa masuk melalui pintu belakang tenda. Pengantin pria menunggu di dalam, dan setelah mengganti pakaian, pengantin wanita keluar untuk menyapa kerabatnya.

Keseluruhan pernikahan adalah simbol penting dari budaya dan tradisi suku Afar, menunjukkan ikatan kuat mereka dengan tanah dan warisan mereka.

Sumber : video youtube  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun