Novel Amelia adalah serial Anak Mamak karya Tere Liye, diterbitkan oleh Republika pada tahun 2013. Dengan gendre slice of life. Novel yang menceritakan tentang keluarga yang hidup di sebuah kampung, didaerah pedalaman Sumatra.
Dikisahkan, Amelia adalah seorang anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak pertamanya bernama Eliana, ia memiliki julukan "si pemberani", kakak keduanya bernama Pukat, yang dijuluki "si jenius", dan anak ketiga bernama Burlian yang dijuluki "si anak special", dan Amelia "si anak kuat".
Amelia adalah seorang anak bungsu yang memiliki cita cita menjadi seorang guru, menuntut ilmu setinggi tingginya hinga keluar kota bahkan keluar negeri. Namun, salah satu tradisi dikampungnya, memutus harapannya. Kampungnya memiliki tradisi bahwa  seorang anak bungsu tidak boleh keluar kampung halamannya.Â
Kampung halamannya masih menganggap bahwa pendidikan bukanlah hal penting, dan mereka berasumsi bahwa anak yang sudah dewasa harus membantu orang tuanya bekerja bukan untuk mendapat pendidikan. Sehingga, banyak anak anak desa yang tidak mengenyam pendidikan. Namun, masih ada salah satu guru yang peduli dan sangat antusias untuk membantu muridnya mengejar cita citanya. Pak Bin namanya.
Dikampung Amelia, perkebunan kopi adalah salah satu pemasukan terbesar di desanya. Pada suatu hari, perkebunan kopi ini mengalami gagal panen, sehingga menyebabkan pemasukan keuangan kampung berkurang, ditambah pada saat itu harga bibit kopi dan pupuk meningkat. Dan kualitas bibit kopi yang dijual pun rendah.Â
Melihat hal ini ia bercrita kepada pamannya yang  bernama Paman Unus. Sebelumya Amelia ini pernah diajak pamannya kedaam hutan, Ketika didalam hutan ia melihat bibit kopi yg unggul, mengingat hal itu, munculah ide Ameliana untuk menanam bibit kopi yang ungul saja.  Akkhirnya diadakan rapat besar warga kampung yang dihadiri masyarakat kampung berkaitan dengan penanaman bibit unggul tsb.
Dalam rapat tersebut Amelia menyampaikan usulannya kepada para tetua dan warga kampung disana untuk menanam bibit kopi yang unggul. Usulan Amelia ini hanya disetujui oleh Pak Bin dan Pak Syahdan, dan tidak disetujui oleh tetua kampung dengan alasan besarnya biaya yang dibutuhkan. Namun setelah perundingan yang cukup lama,alhasil  diterimalah usulan Amelia ini. Mulailah para warga menyemai bibit kopi, mengolah lahan agar k embali gembur dan kegiatan lain sebagainya.
Amelia mengira, bahwa rencana dan usahanya akan berjalan lancar, namun takdir berkata lain, tiba tiba desanya itu terjadi banjir bandang yang menyebabkan perkebunan itu rusak dan gagal panen. Batang batang kayu berserakan kemna mana, rumah rumah porak poranda, namun tidak ada korban jiwa didalamnya.
Usai banjir itu surut, ia menangis melihat keadaan kampungnya, bahkan ladang kopinya pun tidak dapat diselamatkan. semua mimpi mimpi Amelia hanyut begitu saja tanpa memberikan buah hasil.Â
Amelia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. Namun sang paman, mamak dan bapaknya selalu memberikan semangat dan menenangkan Amelia. Menyadarkan  bahwa ini semua bukan kesalahannya dan ini semua adalah takdir Tuhan yang tidak bisa kita hindari. Mendengar itu Amelia menyeka air matanya, berseru dalam hati apa yang dikatakan paman dan mamak bapaknya itu benar.
Kejadian ini menotivasi Amelia untuk bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu. Orang tua Amelia telah mengizinkan Amelia untuk menuntut ilmu setinggi tingginya  bahkan ke luar negri sekalipun, dengan syarat ia harus kembali ke kampung halamannya kelak ketika ia telah sukses.