Lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Atma Jaya Yogyakarta sekilas terlihat nyaman bagi para mahasiswa. Tentu salah satu yang sangat terlihat adalah WC yang tidak jarang didatangi oleh para Cleaning Service. Berarti memang benar bahwa kampus terlihat bersih. Tapi apakah hanya itu saja yang merupakan elemen dari kenyamanan kampus? Masih banyak fakta lain yang terkadang merusut.
Seperti yang diangkat oleh Insulin edisi pertama milik Teater Lilin soal kenyamanan, kampus memang terlihat rapi dan bersih. Tetapi pada kenyataannya, keresahan memang masih sering terjadi dalam kehidupan di lingkungan kampus. Kebijakan yang dirasa baik, yaitu SPAMA, telah membuat mahasiswa angkatan 2011 tidak berhenti untuk terus bergunjing. Mahasiswa merasa terbebani dengan poin-poin yang harus dikumpulkan untuk dapat lulus itu. Sebenarnya kebijakan ini adalah dorongan baik dari pihak universitas untuk mewujudkan “Bukan Ilmu Semata”. Unit-unit Kegiatan Mahasiswa lantas menjadi ramai pendaftar yang selisihnya cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Tapi tentu ketika mahasiswa ditanya tentang alasan untuk masuk UKM tersebut tidak jarang terdengar jawaban, “Karena SPAMA”. Maka, pantaskah ini menjadi suatu dorongan bagi mahasiswa untuk mewujudkan “Bukan Ilmu Semata”? Beberapa di antara mereka tentu telah berpikir untuk lebih pada mengumpulkan poin untuk sertifikat daripada mengasah skill yang ada. Salah satu UKM lingkup universitas yang berisikan banyak mahasiswa FISIP adalah Pers Mahasiswa PASTI. Kedatangannya pada minggu-minggu pertama memang terlihat cukup ramai, antusias, dan aktif. Namun tidak ada satu bulan, beberapa diantaranya sudah menghilang entah ke mana. Beberapa diantaranya lagi ada juga yang sibuk dengan UKM lain, dan dengan mudahnya ada mahasiswa yang menjawab,” Aku lagi sibuk Marching Band”, ketika ditanya kenapa tidak pernah datang rapat. Tentu hal ini menjadi dasar yang kuat bagaimana sebenarnya pikiran beberapa mahasiswa angkatan 2011 untuk dapat mengumpulkan poin-poin dengan cepat daripada mengasah kemampuan pada UKM yang dijalaninya.
Partisipasi aktif untuk ikut UKM telah membuat mahasiswa menjadi berpikir untuk tidak hanya mengejar indeks prestasi saja. Namun apakah partisipasi aktif mahasiswa dalam organisasi itu akan sama nilanya dibanding dengan sebelum SPAMA dijalankan? Memang itu semua tergantung dari mahasiswa yang menjalani hal tersebut. Namun pada kenyataannya tidak semua mahasiswa merasakan kebebasan dan justru menjadi merasa kebingungan dalam menaruh tanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H