Mohon tunggu...
Nicolaus D Noviantono
Nicolaus D Noviantono Mohon Tunggu... Service Engineer -

bisa karena biasa, biasa karena bisa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Bodoh ala PDIP?

16 Januari 2015   17:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:01 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik itu tidak ada bedanya dengan bermain game. Diperlukan strategi handal untuk memenangkan suatu game. Dalam hal game berpolitik maka tingkat kesulitannya justru akan semakin kompleks karena melibatkan semua elemen baik social,ekonomi, hukum dan lain sebagainya. Maka untuk memenangkan suatu game berpolitik dibutuhkan strategi tingkat tinggi atau minimal tidak melakukan kesalahan sendiri.

Melihat arena game politik akhir-akhir ini kita telah menyaksikan sebuah tindakan bodoh yang dipertontonkan oleh pemenang pemilu 2014 yaitu PDIP. Setelah mendapat anugerah berupa Jokowi dan sukses memenangkan pemilu legislative dan pemilu presiden tampaknya PDIP mulai lupa diri dan menggali lubang sendiri.

Alih-alih mendukung sepenuhnya kebijakan Jokowi, PDIP justru memperkeruh suasana dengan mengajukan Komjen Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri baru. Dalam kacamata bermain game langkah PDIP tentunya wajar mengingat posisi Kapolri adalah posisi yang strategis dalam tampuk kekuasaan. Dengan mengamankan posisi Kapolri maka kekuasaan untuk menghukum lawan politik pun menjadi kuat. Ini merupakan langkah sederhana yang bisa ditebak oleh siapapun.

Namun langkah ini menjadi berbeda ketika yang diajukan oleh PDIP adalah Komjen Budi Gunawan yang sudah dari dulu terkenal memiliki rekening gendut. Dikarenakan arena game berpolitik lebih kompleks, langkah yang sederhana itu malah berujung membuat lubang besar bagi Jokowi. KPK dengan segera mengeluarkan vonis tersangka kepada Budi Gunawan sementara disisi lain DPR kompak memuluskan langkah PDIP mencalonkan Budi Gunawan menjadi Kapolri.

Dengan perjuangan KPK selama ini dalam memerangi korupsi, masyarakat jauh lebih memihak KPK daripada seseorang ataupun lembaga2 lainnya. Jadi status tersangka yang diberikan oleh KPK adalah sebuah skakmat. Sebuah langkah yang harus dihindari sejauh mungkin. Orang biasa pun pastinya sadar bahwa melawan institusi KPK saat ini adalah sebuah tindakan bunuh diri.

Namun langkah berbeda justru dilakukan oleh PDIP. Alih-alih menghindari skakmat/lubang dari KPK, PDIP justru memperlebar lubang itu sendiri dengan semakin ngotot mendukung Budi Gunawan. Langkah tragis berikutnya pun dilakukan dengan mendorong Jokowi untuk segera memasuki lubang skakmat tersebut sesegera mungkin. PDIP lebih memilih menaikkan Budi Gunawan yang seorang calon koruptur menjadi Kapolri dan menjerumuskan Presiden Jokowi ke lubang  cacat moral dan integritas.

Tampaknya memang PDIP tidak menyadari sebuah  anugerah yang diberikan dalam bentuk seorang Jokowi. Politik bersih Jokowi telah mampu mengantar PDIP menjadi partai pemenang pemilu legislative dan presiden. Memperoleh banyak simpati rakyat karena integritasnya. Namun justru PDIP sendirilah yang mencoreng kebersihan dan integritasnya.

Jikalau Budi Gunawan benar benar dilantik, hanya tinggal menunggu waktu bagi Jokowi  untuk diserang dari berbagai lini. Hasilnya pun bisa jadi Jokowi akan lengser dalam waktu dekat. Jikalau ini terjadi maka Yusuf Kalla pun bisa jadi naik menjadi Presiden. Surya Paloh dan Nasdem pun akan tetap bersorak kegirangan dan Golkar pun akan otomatis merapat. Dan untuk kesekian kalinya PDIP pun akan gigit jari akibat kesalahan sendiri.

Kalau scenario ini benar terjadi maka kita bisa mengambil pelajaran berharga bahwa dalam politik memang tidak ada yang namanya teman abadi yang ada adalah kepentingan abadi. Dan mungkin nantinya sejarah akan menulis drama ini sebagai Politik Bodoh ala PDIP. Karena ada pepatah seekor keledai tidak akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. PDIP sudah pernah jatuh sebagai partai penguasa dan tampaknya sebentar lagi PDIP akan mengulangi kembali kejatuhannya. Bukan karena diserang kanan kiri tapi karena lubang yang diciptakannya sendiri. Sungguh bodoh atau mungkin idiot kalau itu bisa sampai terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun