Mohon tunggu...
Nikodemus Niko
Nikodemus Niko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti

Saya hanya seorang penulis lepas, hidup di jalanan berbatu dan mati di atas rindu yang berserak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arti Cinta Sejati Bagi Perempuan

17 April 2017   00:56 Diperbarui: 17 April 2017   10:00 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pribadi Penulis

Banyak sekali narasi cinta yang nakal terekspose di jaman kini. Fenomena yang terjadi di masa modern kini, tidak jauh berbeda dengan narasi cinta yang dibangun masa dahulu; eksotis dan erotis. Tetapi, pada dasarnya penjelasan Freud mengenai cinta selalu didasarkan pada dua hal; insting erotis dan insting destruktif. Penting untuk mengelola ego, bagaimana mengkompromikan antara kehendak insting dan apa yang diizinkan oleh kecerdasan dan realitas sosial.

Sebuah pemandangan istimewa bagiku, berada di belakang dua insan yang saling jatuh cinta; berkali-kali, tanpa bosan. Di dalam gereja bahkan mereka mengumbar kemesraan, nenek berulang kali memeluk kakek dari belakang. Kakek sepertinya tidak mampu berjalan, itu sebabnya ia duduk di kursi roda.

Ini mungkin yang disebut oleh Robert A. Heinlein; "Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own". Aku mencari celah kecil untuk dapat masuk ke dalam suasana percintaan mereka. Bagaimana bisa kakek dan nenek itu membuat seisi ruangan cemburu, termasuk aku!

Banyak sekali kemungkinan didalamnya. Bisa saja pola cinta yang ada diantara mereka seperti yang dikatakan Karl Marx; selalu ada hubungannya dengan ekonomi. Bisa saja perempuan mencinta sebatas kebutuhan ekonomi semata. Namun, ini tidak mutlak, aku kurang setuju dengan Marxian kali ini. Karena itu, terdapat kemungkinan-kemungkinan lain, mengapa mereka sanggup mencinta hingga usia senja.

Pada tulisan lain Nietzsche cukup menjelaskan bagaimana perempuan memaknai cinta; tidak hanya sekedar pengabdian tetapi juga menyerahkan seluruh jiwa dan raga tanpa syarat, tanpa mengharapkan penghargaan dalam bentuk apapun. Aku lebih setuju uraian Nietzsche dalam hal ini.

Pada uraian yang terpisah, Byon Well meyakini bahwa cinta, bagi perempuan adalah lambang dari keberadaan mereka secara utuh. Namun, aku ingin sedikit menambahkan bahwa terdapat cinta lelaki yang melambangkan keberadaan laki-laki lain secara utuh--atau sebaliknya. karena itu, jangan sekalipun meninggalkan insan yang benar-benar mencintaimu, ia akan mati pelan-pelan karena mencintai.

Cinta tak butuh tempat lagi jika sudah menemukan satu tempat yang damai. Dan, jangan pertanyakan alasan mengapa dia yang mencintaimu tetap setia, karena tak akan pernah ada alasan apapun selain cinta itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun