Mohon tunggu...
Nico Sava Antolin
Nico Sava Antolin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Informatika, menekuni freelancer desain grafis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ragam Bahasa Terancam oleh Satu Budaya

30 Agustus 2024   10:39 Diperbarui: 8 September 2024   13:43 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa merupakan sebuah identitas budaya yang tidak luput dari eratnya suatu masyarakat. Nusantara memiliki 718 bahasa daerah (indigenous languages) menurut situs web resmi Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, serta merupakan negara ke 2 pemilik  terbanyak bahasa daerah setelah Papua Nugini. Pada data World Atlas of Languages (WAL) web UNESCO terdapat 8.324 bahasa tutur dan isyarat dengan perbandingan sekitar 7.168  bahasa yang masih digunakan. Namun, 40% lebih bahasa di dunia terancam (endangered). Sebab berkurangnya 1.000 penutur setiap pengguna bahasa.

Pengaruh Kemajuan atau Ancaman 

Derasnya arus globalisasi dan modernisasi, bahasa inggris semakin mendominasi dengan secara perlahan mulai menggeser penggunaan bahasa daerah. Utamanya pada generasi muda yang digadang sebagai generasi emas indonesia. Mereka mulai terpengaruhi oleh budaya dan ragam identitas asing. Kemudian Disrupsi dalam pengembangan bahasa pada buku Cataloging the world’s Endangered Languages mengkategorikan ke dalam empat faktor nonlinguistik penyebab masalah seperti Faktor Ekonomi, Faktor Politik dan Sosial, Faktor Sikap, Faktor Non Dukungan Kelembagaan.

Pengaruh Bahasa Inggris

Dunia Internasional tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan bahasa inggris dianggap sebagai kunci. Sekolah dan institusi pendidikan Indonesia banyak menjadikan bahasa inggris sebagai mata pelajaran prioritas. Sehingga, sekolah maju menerapkan kurikulum internasional dimana bahasa inggris dijadikan bahasa utama dalam kegiatan belajar dan mengajar. Situs web Detikedu melaporkan tercatat ada 240 sekolah di indonesia yang sudah menerapkan kurikulum Cambridge dari mulai Aceh sampai NTT. Media Sosial, film, musik, dan bahkan konten kreator mayoritas didominasi berbahasa inggris yang semakin menguat eksposur generasi muda. Bagi banyak orang, menguasai bahasa Inggris adalah simbol kemajuan dan kesuksesan. Dengan kemampuan berbahasa Inggris, peluang untuk mendapatkan pekerjaan lebih luas, terutama di perusahaan multinasional atau di luar negeri. Namun, dibalik manfaat ini, ada kekhawatiran yang muncul: Apakah bahasa Inggris mengancam eksistensi bahasa daerah di Indonesia?

Dampak Dominasi Terhadap Bahasa Daerah

Mayoritas penduduk umur 15 tahun keatas pada data Badan Pusat Statistik hasil Long Form Sensus Penduduk tahun 2020 tercatat hanya sampai Sekolah Menengah Sederajat dengan persentase 31.74. Sedangkan tingkat pendidikan antar generasi pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh Baby Boomer dan Generasi X adalah Sekolah Dasar atau Sederajat. Sementara tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh Milenial adalah Sekolah Menengah Sederajat. Sehingga pada tingkatan tersebut memberi jarak yang cukup lebar untuk kemampuan berbahasa dengan bahasa daerah. Data dari BPS menunjukan indonesia yang merupakan negara berbangsa dengan keragaman suku daerah yang banyak sebagian besar penduduk tetap mempertahankan kelestarian bahasa daerah. Dilakukan melalui penggunaan dalam komunikasi bersama keluarga dengan presentasi 73,87% dan 71,93% berkomunikasi dengan tetangga atau kerabat. 

Hal itu berdampak dengan penggunaan bahasa daerah semakin ditinggalkan oleh generasi yang lebih muda yang cenderung didominasi mendengar bahasa asing. Seiring dengan semakin seringnya penggunaan bahasa Inggris, bahasa daerah mulai terpinggirkan. Beberapa dampak nyata yang bisa dilihat adalah:

  • Penurunan penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari: Banyak anak-anak di perkotaan yang lebih fasih berbicara dalam bahasa Indonesia atau Inggris daripada dalam bahasa daerah mereka sendiri. Di beberapa wilayah, bahasa daerah bahkan sudah jarang digunakan dalam percakapan keluarga.
  • Generasi muda kehilangan identitas budaya dari bahasa yang merupakan cermin budaya. Ketika bahasa daerah mulai dilupakan, identitas budaya juga perlahan terkikis. Banyak tradisi dan kearifan lokal yang disampaikan melalui bahasa, dan ketika bahasa tersebut tidak lagi dipelajari, budaya itu ikut menghilang.
  • Ancaman kepunahan bahasa daerah di mana UNESCO memperkirakan bahwa ada 50% bahasa di dunia berisiko punah dengan cepat di abad ini. Indonesia, sudah ada beberapa bahasa daerah yang jarang digunakan dan terancam punah karena kurangnya penutur.

Penyebab Bahasa Daerah Tersaingi oleh Bahasa Inggris

Mengapa bahasa Inggris bisa mendominasi sementara bahasa daerah mulai tersisih? Ada kemungkinan beberapa faktor yang menjadi penyebab:

  • Sistem pendidikan sekolah di Indonesia terutama di kota-kota besar, lebih mengutamakan pengajaran bahasa Inggris daripada bahasa daerah. Bahasa daerah seringkali hanya menjadi pelajaran opsional atau muatan lokal kurang diberikan perhatian yang cukup dalam kurikulum.
  • Teknologi dan media di sebagian besar konten digital termasuk media sosial, aplikasi, dan video, menggunakan bahasa Inggris. Generasi muda yang menghabiskan banyak waktu di dunia maya otomatis lebih terpapar pada bahasa Inggris daripada bahasa daerah. Sebagian juga terpengaruh oleh video dari konten kreator yang dimana hanya mencari adsense tanpa memperhatikan siapa yang menonton.
  • Mobilitas sosial utamanya orang tua sering kali merasa bahwa bahasa Inggris lebih penting untuk masa depan anak-anak mereka. Akibatnya, bahasa daerah tidak lagi diajarkan di rumah, dan bahasa Inggris menjadi bahasa yang lebih sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Solusi Pelestarian Bahasa Daerah

Meski tantangan yang dihadapi besar, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan bahasa daerah agar tetap hidup di tengah dominasi dari bahasa Inggris. Beberapa solusi yang bisa diimplementasikan adalah:

  • Integrasi bahasa daerah dalam kurikulum pendidikan pemerintah dan sekolah harus lebih serius dalam mengajarkan bahasa daerah. Bukan hanya sekedar sebagai pelajaran tambahan, tetapi sebagai bagian penting dari kurikulum. Khususnya pada daerah-daerah yang memiliki banyak penutur bahasa daerah.

  • Menciptakan konten digital dalam bahasa daerah oleh generasi muda atau kreator yang aktivitasnya sangat dekat dengan teknologi. Oleh karena itu, pembuatan konten digital dalam bahasa daerah seperti video edukasi, podcast, atau aplikasi belajar bahasa daerah bisa menjadi solusi yang efektif untuk meningkatkan minat mereka.

  • Mengadakan festival dan kompetisi bahasa daerah seperti festival bahasa dan budaya lokal. Tujuannya dapat menjadi cara yang menarik untuk memperkenalkan kembali kekayaan bahasa daerah kepada masyarakat, terutama generasi muda. Kompetisi menulis, berpidato, atau membaca puisi dalam bahasa daerah bisa menjadi langkah kreatif untuk pelestarian bahasa.

Pentingnya Melestarikan Bahasa Daerah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun