Mohon tunggu...
Nico Andrianto
Nico Andrianto Mohon Tunggu... -

Bersyukur dalam kejayaan, bersabar dalam cobaan......

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Buku] #puzzle 4: Blitzkrieg yang Gagal

20 Desember 2015   06:01 Diperbarui: 21 Desember 2015   16:16 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta sering menjelma menjadi bahan bakar beroktan tinggi bagi mesin penggerak sejarah peradaban dunia. Ken Arok berdarah-darah mendirikan dinasti Singosari karena pesona kecantikan Ken Dedes sampai bunuh-membunuh terjadi selama tujuh turunan. Seorang Arjuna dalam kisah Mahabarata rela melintasi lembah-lembah, mendaki gunung tertinggi, menyelami lautan terdalam untuk menemukan cinta sucinya. Kecantikan Cleopatra menimbulkan kegaduhan politik di imperium Romawi yang efeknya memiliki pengaruh yang sangat luas. Bahkan peperangan dua kerajaan besar Hastina Pura dan Alengka karena urusan Rama dan Rahwana saling memperebutkan Dewi Shinta yang mampu menggerakkan para budak membangun jembatan tumpukan balok batu membelah lautan antara India dan pulau Srilangka.

Memang, banyak orang mengatakan bermilenium kaum wanita dijajah oleh golongan laki-laki, meskipun adakalanya laki-laki bertekuk lutut, menyerah tanpa syarat pada kecantikan seorang wanita. Cinta pula yang menginspirasi pembangunan Taj Mahal, monumen cinta Shah Jehan kepada istrinya, Mumtaz Mahal. Bangunan mirip Masjid itu adalah prasasti ungkapan visi, mimpi, puisi gambaran surga seorang penguasa dinasti Mughal yang sanggup menggerakkan 20.000 pekerja selama 12 tahun tanpa henti. Biayanya tidak tanggung-tanggung pula, 41 juta rupee dan 500 kilogram emas. Sepertinya Shah Jehan sang penguasa India kuno itu ingin ungkapan cintanya bertahan ribuan tahun lamanya.

Begitupun Lawe. Yakin bahwa Canka adalah cintanya, maka ia terus memperjuangkan untuk mendapatkannya. Ibaratnya, jika harus terjun ke dalam jurang untuk membahagiakan hati Canka, maka akan ia lakukan dengan tersenyum. Otak yang terkena cinta, seperti mengeluarkan endorphin layaknya para pemakai narkoba amphetamine. Tubuh mereka serasa panas dingin saat bertemu pujaan hati, merasa memiliki chemical yang sama. Bilik-bilik jantung lebih kencang berdetak mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri sampai ujung-ujung kepala dan kaki.

Nervous, serba salah, selalu tak enak makan adalah gejala ikutannya. Cinta mematikan logika manusia. Di saat itu, otak manusia merasa euphoria bahagia dan selalu berfikir bagaimana bisa berdua bersama sang kekasih, mirip crested pigeon Australia. Burung itu meskipun sebangsa merpati, namun tidak bergerombol. Sepasang crested pigeon lebih mirip ikan pari pembunuh Steve Irving (14) yang selalu berdua saat proses pembuahan dengan pasangannya kemanapun pergi.

Konon laki-laki berasal dari planet Mars dan wanita dari Venus, namun sejarah cinta sepanjang jaman terus berlanjut dan menyerang siapa saja yang sedang terjatuh. Anehnya, cinta seperti obat kuat yang bisa membuat orang lemah menjadi perkasa, yang tak punya harapan jadi berfikir memiliki sertifikat hak milik pribadi atas seluruh planet biru ini. Mungkin karena sesungging senyuman manis, cara berjalan yang penuh pesona, dari sebuah pertemuan tak sengaja, atau karena keterpaksaan. Memang hanya masalah waktu, sebuah pepatah Jawa mengatakan cinta bisa terbangun karena telah terbiasa. Memang aneh, seorang wanita yang mengalami dramatisnya kemungkinan hidup mati dalam sebuah penculikan bahkan bisa jatuh hati pada penculiknya.

#

Siapakah aku kok berani-beraninya jatuh hati pada gadis periang, cantik, smart, murah senyum bernama Canka” pikir Lawe suatu kali. Kalau hidup ini putaran cakram DVD yang bisa di-eject atau di-pause, maka sebenarnya Lawe ingin menghentikan slide kehidupannya beberapa detik sebelum bola matanya bertemu pandang dengan mata indah Canka menjelang sore itu dan mem-forward-nya beberapa slide di depannya. Namun slide kehidupan, rejeki, jodoh dan kapan maut menjemput manusia, Tuhan-lah yang menentukan. Jelas bukan salahnya, panah asmara berujung sangat tajam meluncur deras menghunjam ke hati pemuda tanggung sepertinya.

Peristiwa itu terjadi saat Lawe aktif di UKM Kewirausahaan, perkumpulan para mahasiswa yang ingin membangun negaranya melalui wirausaha. Kala itu Lawe menjadi seorang ketua umum sedang berpidato di pembukaan Rapat Kerja, ia terpesona oleh rekah mawar senyum Canka, anggota baru dari jurusan Teknik Komputer. Beradu pandangan mata seperlima detik, senyum gadis tomboy tapi anggun itu, membuat Lawe luluh hatinya. Lawe bukanlah tipe lelaki yang mudah jatuh cinta, namun hatinya tergetar hebat kagum kala itu. Pertahanan hati Lawe runtuh seperti bunker Sadam Hussein yang dijatuhi puluhan bom hellfire pasukan NATO.

Lawe ibarat prajurit muda di saat peperangan pertamanya, mudah terkena panah musuhnya. Ia saat itu adalah seorang lelaki tanggung yang otaknya langsung mampat, seperti jalanan Jakarta di jam-jam pulang kantor, ketika melihat keanggunan seorang wanita. Ia juga belum bisa membedakan senyuman biasa, atau segan, atau cinta. Laki-laki memang sering sok ke-pede-an, apalagi dalam posisi Lawe yang sedang memimpin organisasi. Kurang detil berfikir, gampang trenyuh melihat kecantikan seorang wanita, terburu-buru dalam mengeksplorasi keadaan, apalagi dalam mengambil keputusan. Saat itu Lawe merasa seperti telah mengenal dengan baik Canka di dunia lain, seperti seorang penjaga pintu air yang memahami sifat fisika aliran air.

Ibumu pastilah berparas cantik”, batin Lawe. Berkulit kuning langsat, alis mata tegas diatas mata beningnya menghiasi wajah tirus Canka mengguratkan kecantikan yang alami. Wajah itu juga memancarkan keluasan hati, kesabaran dan pengertian. Ia begitu sempurna. Juga kenapa wanita pintar selalu kelihatan lebih cantik. Wajah itu seperti menghadirkan sosok Ibunya yang hilang dimasa kecil Lawe. Sosok Canka segera mengganti ruang-ruang kesedihan dalam hatinya dengan ekstase kebahagiaan terindah dalam hidupnya. Kalau syirik tak dilarang Tuhan mungkin Lawe telah memuja gadis itu.

Sebenarnya juga bukan salah Canka yang charming, karena senyumnya itu sebenarnya tidak ditujukan untuk Lawe seorang, melainkan ke semua orang di ruangan meeting itu. Tetapi menyalahkan Lawe yang berdarah-darah jantung hatinya oleh panah “asmara” juga bukan sebuah sikap yang bijak, seperti worldview orang yang tak pernah muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun