WETON : ILMIAH atau TIDAK ?
Sebagai bangsa Indonesia, kita pasti tahu bahwa negara kita memiliki beragam budaya di setiap daerah, begitu pula di Jawa. Banyak sekali kebudayaan warisan nenek moyang dan sampai sekarang masih tetap dilestarikan. Salah satu peninggalan budaya tersebut adalah perhitungan Jawa yang biasa dikenal dengan istilah weton.
Weton merupakan gabungan dari saptawara dan pancawara. Weton sering dipakai untuk menentukan :watak / karakter, perjodohan , pernikahan, perjalanan jauh, dan nasib seseorang.
Menurut kami, weton merupakan suatu ilmu yang ilmiah (terutama pada zamannya). Ilmu ini merupakan kombinasi dari perpaduan ilmu kehidupan, pengetahuan, dan Kosmologi Jawa. Kombinasi ini juga digunakan dalam perkembangan astrologi, geografi, matematika, astronomi dan masih banyak lagi .
Ilmu Weton berdiri dengan menggunakan kaidah “Memayu Hayuning Bawana”. Ilmu Weton percaya bahwa setiap manusia memiliki energi magis dan begitu juga dengan alam disekitarnya. Energi ini dapat bersifat saling berkaitan secara kohesif dan menyatu ( sinergi ) dan dapat saling tolak – menolak ( adesif ) . Sehingga diharapkan dengan adanya perhitungan Weton, manusia dapat memperoleh energi yang lebih bersinergi dan berada ditempat – tempat dan hidup dengan individu – individu yang bersinergi pula.Dalam perkembangan teknologi, energi yang dimaksudkan ini kita sebut sebagai aura yang dapat dilihat secara jelas dengan alat fotografi aura yang baru ditemukan oleh Kirlian pada tahun 1935.
Weton menggunakan ilmu titen. Berbagi hipotesa atau ramalan yang diberikan merupakan hasil dari pengamatan dalam jangka waktu yang lama. Sehingga ilmu weton menggunakan metodeobservasi dalam penelitian kualitatif. Pada jaman dahulu, weton digunakan juga sebagai acuan untuk bercocok tanam dan melaut. Pada saat ini, beberapa acuan itu bisa dijelaskan secara lebih rasional. Misalnya, pada zaman dahulu, nelayan melaut pada malam hari dan siang hari sesuai dengan panduan weton yang dipercaya. Saat ini baru diketemukan adanya angin laut dan angin darat yang menjadi alasan yang lebih “acceptable” secara ilmiah. Untuk itu, kami pikir perlu adanya kajian yang lebih mendalam tentang fakta atau ramalan dalam weton yang belum terungkap kebenanarannya. Hal ini karena bisa jadi ada 2 kemungkinan : apakah ramalan itu hanya mitos, atau memang penelitian kita belum menelitihal itu secara mendalam. Sehingga, ini menjadikan tantangan bagi penelitian kedepan, dalam menggali konsep Weton secara lebih tuntas.
Kemudian, apakah kita dapat percaya sepenuhnya dengan hasil ramalan weton ? Kami rasa tidak perlu, karena hasil penelitian secara validitas maupun reliabilitasnya belum diketahui secara jelas. Namun kami yakin bahwa hasil ramalan Weton yang telah “diteliti” pada masanya, patut untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H