stunting menjadi permasalahan serius untuk segera dizerokan keberadaannya. Pihak Puskesmas Pamulihan Kabupaten Sumedang Jawa Barat kerjasama pihak terkait terus berupaya agar keberadaan stunting di wilayah kerjanya  secara kuantitas menurun dan akhirnya bisa zero stunting.
Karena menyangkut perkembangan fisik dan mental generasi bangsa, fenomenaMenurut Dudung Supriatin, Kepala Puskesmas Pamulihan, tahun 2020 angka stunting di wilayah kerjanya mencapai 20 kasus. Pada posisi tahun 2023, angka tersebut turun 8 persen, " Penurunan angka ini, salah satunya sebagai langkah kordinasi dan integrasi antara semua steak holder. Karena, penuntasan stunting bukan hanya tugas Puskesmas saja, tapi semua pihak harus terlibat," katanya.
Dikatakan lebih lanjut, bahwa stunting bukan masalah kesehatan saja. Karena, masalah kesehatan itu diakhir nanti. Namun, awal terjadinya stunting terjadi karena beberapa faktor. Bisa karena orangtuanya cerai, lalu anak tidak terpelihara, kurang gizi, akhirnya stunting. Bisa lagi, karena ketidak mampuan untuk memenuhi gizi keluarga, karena faktor  kemiskinan permanen.
Upaya pihak Puskesmas itu sendiri untuk menghadapi masalah stunting, lanjut Kapus Pamulihan, intervensi sebelum persalinan. Upaya ini ditargetkan pada usia remaja. Terutama remaja putri  usia 15 tahun ke atas untuk persiapan menjadi seorang ibu. Ketika remaja itu diantaranya terdeteksi kekurangan hemoglobin, ia akan berisiko untuk menurunkan keturunan stunting.
Untuk memutus siklus tadi, lanjut Kapus, pihak Puskesmas berupaya untuk membagikan suplemen tablet  tambah darah kepada remaja putri ke sekolah-sekolah, " Ketika remaja-remaja putri itu telah menjadi ibu hamil, disarankan minimal enam kali  memeriksakan kehamilannya. Untuk mendekatkan jangkauan, tidak harus ke Puskesmas saja  bisa  melalui bidan desa atau Pusyandu, " imbuhnya.
Intervensi setelah melahirkan, tambah Kapus, diantaranya melalui pemberian ASI Eklusive kepada bayi selama enam bulan dan makanan tambahan. Tapi, realita di lapangan, tidak selamanya seorang ibu bisa memberikan ASI kepada bayinya, " Salah satunya, Â karena faktor ekonomi. Mungkin saja, ibu bekerja jauh, sehingga tidak sempat memberikan ASI kepada bayinya, " tutur Kapus.
Mengenai pemberian makanan tambahan, ujar Kapus, banyak berhubungan dengan makanan kaya protein hewani. Sumber makanan ini bisa didapat dari Lauk-pauk, daging dan susu, " Masyarakat kadang mampu kadang tidak membelinya. Persoalannya, masyarakat tidak mampu membelinya. Boro-boro untuk membeli itu, membeli  beras saja sangat kepayahan, " imbuhnya.
Diakhir pembicaraannya, Kapus Dudung Supriatin menegaskan bahwa masa pertumbuhan itu berlangsung hingga dua tahun. Bila ada kasus bayi stunting masih dalam periode emas, kurang dari dua tahun, maka kasus stunting  sembilan puluh persen bisa ditangani, " Ketika lebih dari itu, prosentase kesembuhannya lebih kecil lagi. Maka segeralah tangani stunting lebih dini lagi, " pungkasnya.  ( Tatang Tarmedi )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H