Mohon tunggu...
Nickolaus Ardian Giripati
Nickolaus Ardian Giripati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa kolese Kanisius

Saya merupakan pelajar Kolese Kanisius Jakarta angkatan CC'25. Hobi saya adalah menuangkan seluruh minat dan pemikiran saya dalam segala aspek di dalam berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artikel Tanggapan "Merindukan Sosok Pemimpin Humoris"

28 Mei 2023   15:27 Diperbarui: 28 Mei 2023   15:31 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hal tersebut terus saya pertegas, karena dalam situasi saat ini, didukung dengan penyebaran ujaran kebencian yang sangat mudah dengan sosial media, kritikan sangat bersifat sensitif. Banyak kasus yang membuktikan bahwa kritikan dapat membawa kita ke dalam jeruji besi, bahkan untuk tokoh publik seperti penyanyi Ahmad Dhani. Ia dijerat divonis satu tahun penjara pada tahun 2019 karena ujarannya di sosial media yang menggunakan kata kasar yakni "idiot" dalam komentarnya di sosial media untuk mengkritik pemerintahan. Hal tersebut dapat menyampaikan kepada kita, bahwa tokoh publik pun yang sudah dikenal masyarakat masih dapat dijerat kasus ujaran kebencian. 

Secara kesimpulan, sebagai manusia, tentu akan selalu ada hal yang membuat kita merasa resah. Oleh karena itu, teks anekdot merupakan metode yang baik dalam mengekspresikan kritik kita. Bagi orang yang tidak mengerti tujuan asli kita, mereka hanya akan menganggap teks tersebut merupakan lelucon yang menghibur. Namun, apabila pihak yang dituju merasa sadar sedang dikritik, mereka akan menanggapinya dengan baik juga, karena kritik disampaikan dengan halus. Hal ini membuat teks anekdot memberikan manfaat ganda, dimana dapat menjadi lelucon yang menghibur, namun tetap membuat kita menjalin hubungan yang baik dengan orang yang dikritik. 

Sebagai saran dari penulis, kita dapat mengingat pepatah "Mulutmu adalah harimaumu". Hal tersebut mengingatkan kita bahwa segala bentuk kritik dapat berbalik kepada kita, khususnya karena regulasi yang diperketat pada saat ini. Hal ini membuat kita harus dapat semakin berhati-hati dalam mengekspresikan keresahan kita ke publik. Segala bentuk kritik yang disampaikan sebaiknya dibalut dengan anekdot yang lucu, serta jangan menyelipkan satupun kata kasar yang menyinggung, karena berpotensi menjerat kita ke pasal-pasal yang berlaku. Oleh karena itu, untuk menyampaikan kritik dibutuhkan beberapa kemampuan dan keterampilan. Hal tersebut terdiri dari keterampilan berpikir kritis dalam memilih kritikan yang relevan dengan situasi saat ini, kekayaan kosakata bahasa untuk memilih kalimat sindiran, serta pemilihan konsep ide yang kreatif untuk membungkus semua kritikan dengan cerita yang menarik dan lucu.

ZNT/36

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun