Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan yang menimbulkan kecemasan dan stres. Untuk mengatasi hal ini, kita bisa belajar dari berbagai aliran pemikiran filosofis. Dua di antaranya adalah Stoikisme dan Nihilisme Nietzsche. Meski memiliki pandangan yang berbeda, kedua filosofi ini bisa memberikan kita wawasan yang berharga dalam menjalani hidup. Pada kali ini mari kita bahas perbedaan antara Stoikisme dan Nihilisme Nietzsche, serta bagaimana kita bisa mengambil intisari dari kedua sudut pandang ini untuk menghadapi masalah sehari-hari.
Stoikisme: Mengendalikan Reaksi dan Mencapai Ketenangan
Stoikisme adalah filosofi yang berkembang di Yunani Kuno dan Romawi, dengan tokoh-tokoh terkenal seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Inti dari Stoikisme adalah mengembangkan ketenangan batin melalui pengendalian diri dan reaksi emosional terhadap peristiwa eksternal.
Salah satu kasus nyata adalah ketika terjebak dalam kemacetan lalu lintas yang parah. Sebagai gantinya marah atau frustasi, seorang Stoik akan mencoba untuk tetap santai dan menerima situasi tersebut sebagai sesuatu yang di luar kendali mereka. Mereka akan fokus pada hal-hal yang masih bisa mereka kendalikan, seperti sikap dan reaksi mereka sendiri.
Nihilisme Nietzsche: Menciptakan Makna dalam Kehidupan yang Tidak Bermakna
Friedrich Nietzsche dikenal sebagai seorang filsuf Jerman yang memperkenalkan konsep Nihilisme. Bagi Nietzsche, kehidupan tidak memiliki makna inheren atau tujuan. Namun, daripada menyerah pada keputusasaan, Nietzsche mendorong kita untuk menciptakan makna dan nilai kita sendiri.
Bayangkan jika kita merasa terperangkap dalam rutinitas pekerjaan yang membosankan. Pendekatan Nietzschean akan mendorong kita untuk menemukan atau menciptakan makna dalam pekerjaan, mungkin dengan mencari aspek-aspek yang kita nikmati atau dengan menetapkan tujuan pribadi yang memberikan kepuasan.
Mengambil Intisari dari Kedua Pihak: Pendekatan Holistik