Komunikasi Produktif
Day#12
Belakangan, terasa sekali anak-anak sedang menguji mental dan kesabaran saya sebagai seorang ibu. Terlebih kk Kal. Pagi ini Kal bangun lalu meminta minum susu. Ok, setiap pagi bunda memang sudah buatkan susu milo hangat untuk kk Kal.
Seperti yang sudah-sudah, kegiatan pagi selalu runut, mulai dari bangun tidur, minum susu, main atau bercengkrama dengan adik Kay, mandi, pakai seragam sekolah, sarapan (makan snack), main sebentar, memakai jilbab, kaus kaki, sepatu, lalu jaket dan siap untuk berangkat ke sekolah bersama ayah.
Namun pagi ini, entah ada apa dengan kk Kal. Mulai dari lama memakai baju (baju cuma dimainkan saja, tidak segera dipakai) sampai bunda bilang, "Kakak ayo segera pakai baju sekolahnya, malu kalau habis mandi gak langsung pakai baju." dan dijawab, "iya bunda." oleh kk Kal. Tapi yaaa ternyata iya itu tidak langsung dikerjakan, butuh sekian menit untuk mengingatkan kembali (3x bunda mengingatkan) baru benar-benar dilakukan.
Menjelang waktu berangkat sekolah, tiba-tiba kk Kal merengek-rengek minta pakai kaos kaki. Tapi karena cara meminta bantuan sambil merengek, maka bunda konsisten untuk tidak langsung membantunya pakai kaos kaki. "Kalau kakak mau minta tolong pakai kaos kaki, maka bicara yang baik lebih dulu ke bunda. Bilang minta tolong dulu ya," berkali-kali saya utarakan kalimat ini ke kk Kal, tapi Kal malah makin merengek bicara tidak jelas dan marah-marah. Kalau saja saat itu saya benar-benar sedang bersumbu pendek, saya akan ikut marah-marah dan langsung memakaikan kaos kaki ke kk Kal sambil terus ngoceh. Apalagi waktu sudah mepet dan harus segera berangkat.
Tapi, lagi-lagi berjuang untuk berkata baik, meredam emosi dan mencoba berkomunikasi produktif harus dan kudu wajib dilakukan. Demi proses lebih baik dalam komunikasi keluarga kami.
Ok. Menjelang time out, tapi kk Kal tetap pada pendiriannya, merengek. Bunda coba tarik nafas dalam-dalam berkali-kali. Mengalihkan kegiatan ke adik Kay. Akhirnya ayah bantu bicara ke Kal untuk membantu pakai kaos kaki dan sepatu tapi Kal tetap maunya dibantu bunda. Ayah bilang, "kakak minta dipakaikan sepatu sama bunda? Yuk bilang yang baik ke bunda,"
"Sini, kk mau dipeluk sama bunda dulu?" bunda ulurkan kedua tangan untuk memeluk kk Kal. Terlihat kk Kal masih enggan, diam dan sesenggukkan. Saat itu bisa saja saya langsung memakaikan kaos kaki dan sepatu ke kk Kal, tapi bukan itu sesungguhnya tujuan saya. Lebih kepada bagaimana kk Kal bisa merespon dengan berkata yang baik. Kepada lawan bicaranya.
15 menit berlalu, sambil Kal dan bunda sama-sama menenangkan diri agar bisa merespon dengan tepat. Lalu bunda tawari lagi untuk memeluk kk Kal lebih dulu. Akhirnya Kal mau memeluk bunda. Sambil berpelukan, bunda tanya kembali ke kk Kal, apa yang Kal mau.
"Maafin Kalila ya bunda."