Mohon tunggu...
NICHOLAS XAVIAN KENT OWEN
NICHOLAS XAVIAN KENT OWEN Mohon Tunggu... Programmer - Siswa

Menggali informasi secara detail

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemimpin

22 November 2024   15:49 Diperbarui: 10 Desember 2024   12:40 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Besok adalah hari selasa, dimana semua siswa benci pada hari itu. Hari yang memiliki ekskul wajib yaitu pramuka. Namun, materi kali ini cukup berbeda. Semua siswa menunggu materi ini. Ya, materi yang kumaksud adalah berkemah. Mungkin sebagian besar siswa menyukai materi ini namun tidak dengan diriku. Penentuan kelompok berkemah kali ini cukup berbeda yaitu ditemtukan oleh panitia kemah dan betapa sialnya diriku ketika mengetahui aku sekelompok dengan lelaki paling caper disekolahku. Namanya Ricky, sialnya dia menjadi ketua kelompok kemah ini. Namun, aku memilih untuk tidak memikirkan itu. Hari pun tiba raut wajahku sama sekali tidak menunjukkan rasa antusias. Kelompokku yang beranggotakan Ricky, Tomidus, Senot, dan aku menaiki bus paling pertama. Selama perjalanan Ricky kembali berulah. Ya, berteriak tanpa alasan yang jelas tentu saja aku tidak menyukainya. Tomidus dengan rasa panik dan wajahnya penuh dengan tekanan selama perjalanan dan Senot yang selalu bertingkah konyol dan ceroboh, aku semakin tidak menyukai kemah ini.

Kami pun tiba di lokasi perkemahan dan disambut dengan hangat oleh panitia kemah tsb. Kata sambutan dibacakan oleh beberapa orang mulai dari penyelenggara kemah hingga kepala sekolah kami. Jujur saja saya tidak menyukainya dan saya merasa itu hanya membuang-buang waktu kami. Kami pun mulai diantarkan pada lokasi kemah yang berada cukup jauh dari titik kumpul utama kami dan ya, lokasi ini terletak di tengah-tengah hutan. Kami pun mendapat tugas pertama kami yaitu mendirikan tenda dan tiap ketua kelompok ditugaskan untuk memantau dan mengajari para anggota. Disini Ricky benar-benar terlihat seperti orang yang tidak jelas dan kebingungan. Hanya mengatur bahkan dia tidak membantu atau mengajari kami untuk membuat tenda ini.

Akhirnya, tenda pun berdiri tanpa bantuan si caper itu. Kami oun segera merapikan barang kami dan menatanya dalam tenda. Malam pun tiba kami kembali mendapat tugas yaitu mengumpulkan kayu untuk menyalakan api unggun pada malam itu. Lagi dan lagi ketua kami ditugaskan untuk mengawasi dan mengarahkan kami. Namun, sifat Ricky tidak jauh dari harapanku, ya dia ketakutan di tengah hutan. Ditambah lagi dengan kepanikan Tomidius yang membuat situasi menjadi semakin tegang. Aku tidak terlalu menghiraukannya dan hanya fokus dengan tugas kami yaitu mengumpulkan kayu. Sangat disayangkan mengumpulkan kayu tidak semudah yang aku kira, ditambah lagi 2 orang yang ketakutan dan 1 orang yang ceroboh.

Kami pun kembali ke titik perkemahan sebagai kelompok terakhir yang tiba disana yang dimana api unggun sudah dinyalakan dan terlihat juga beberapa guru dan panitia kemah mencari-cari keberadaan kami. “Aku tidak begitu menyukai kemah ini, namun apa boleh buat” ucapku cuek dalam hati. Beberapa kelompok kemah yang lain mulai mengeluarkan gosip-gosip aneh mengenai kelompok kami dan yang paling terdengar ditelingaku saat itu ialah “4 orang ingusan seperti itu tidak pantas masuk lingkungan seperti ini”. Amarah ku mulai terpancing dan mendatangi orang itu dan menanyakan penyebab perkataannya itu. “Siapa yang kau maksud dengan 4 orang ingusan dan tidak pantas masuk ke lingkungan ini!?” dengan nada tinggi ucapku, “Tentu saja kalian, bukan hanya ingusan tapi juga caper, penakut, ceroboh, dan kau si paling “sok” berani hahaha”. Amarah ku tidak dapat kubendung, tanganku sontak melayang menuju wajah orang tersebut.

Satu kemah benar-benar gempar dengan situasi yang menegangkan ini, sehingga korban harus dibawa ke puskesmas terdekat. Sedangkan aku mendapat SP 1 akibat perbuatanku itu. Tidak kusangka perjalanan yang seharusnya menyenangkan harus berakhir dengan surat peringatan. Kami pun berada pada tugas terakhir kami yang kemudian akan dilanjutkan dengan perjalanan pulang pada esok harinya. Tugas terakhir kami berupa jelajah alam. Tentu tujuan dari tugas ini ialah menguji kekompakan kelompok. Selama perjalanan kami mendapat kode-kode untuk menemukan jalan yang benar. Disini Senot kembali berulah dengan merasa bodoamat dengan kode-kode itu, namun saya selalu mengingatkan bahwa kode ini tidak bisa kita abaikan walau sedikit atau sekecil apapun itu. Kali ini saya sedikit heran dengan sifat Ricky yang cukup pendiam.

 Saya tidak terlalu memikirkannya dan kembali fokus pada kode kode yang ada. Namun perjalanan ini tidak semulus yang kami kira, kami cukup kesulitan dalam menafsirkan kode-kode yang ada sehingga kami tersesat. Tomidius sangat panik saat ini, tidak seperti biasanya Ricky mulai mengambil alih perjalanan dan menenangkan Tomidius dan mengingatkan Senot untuk tidak bersifat gegabah dahulu sembari ia fokus mencari kode lain. Saya cukup kagum dengan aksi Ricky yang terlihat dewasa ini. Kami pun sampai pada titik kumpul sebagai kelompok pertama yang berada pada lokasi tersebut.

 Sembari menunggu kelompok lainnya saya membuka pembicaraan dengan Ricky, “Apa ada yang salah, Ric?” tanyaku, “Hah? Ngga ada, kenapa emangnya?” balasnya, “Gapapa aku cuman kagum aja sama aksi kamu tadi, makasi ya udah mau bantuin kami untuk sampai di titik kumpul ini” ujarku, “Oh iya gapapa, sejak kejadian kemarin aku melihat bahwa sifat pemimpin itu bukan hanya mengandalkan anggotanya. Kamu rela belain kelompok kita sampai kamu kena SP dan saya merasa jiwa kepemimpinan itu lah yang seharusnya saya miliki” ucapnya. Saya cukup kaget dengan balasannya dan hanya menjawab “Hahaha semua orang layak jadi dirinya sendiri Ric, namun tau tempat dan jabatan dalam berperilaku itu yang terbaik”. Sejak kejadian itu kami mulai banyak bercerita saat diperjalanan pulang yang kemudian diakhiri dengan kepulangan kami kerumah masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun