Dunia Politik kini bukan hanya jadi milik orang dewasa saja. Pasalnya, kaum belia kini sudah bisa mengemban tanggung jawab menyalurkan aspirasi warga di sekitarnya. Salah satu sarana yang paling luas jangkauannya untuk merealisasikan aspirasi warga terdapat di sekolah melalui sebuah organisasi, OSIS. Pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS yang cukup bergengsi pun menjadi salah satu sorotan warga sekolah, seperti yang dilaksanakan di SMA Dian Harapan Cikarang pada 13 Oktober 2016.
Kegiatan Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS 2016 di SMA Dian Harapan Cikarang diikuti oleh tiga pasangan kandidat ketua dan wakil ketua OSIS, yaitu Rino-Axel, Felissa-Stasya, dan Felia-Olivia. Warga sekolah mengeluarkan berbagai komentar, baik positif, maupun negatif, terkait pasangan calon ketua dan wakil ketua OSIS ini setelah dipasangnya poster promosi di mading sekolah dan video promosi di jejaring sosial. Proses kampanye tertulis dan jejaring sosial ini dilangsungkan selama 2 minggu.
Promosi dengan cara baru seperti melalui jejaring sosial telah membuka gerbang demokrasi yang lebih terbuka di SMA Dian Harapan Cikarang. Ada kandidat yang mulai merambah ke dunia maya untuk menarik simpati warga sekolah, seperti dengan video promosi dan slogan berbentuk meme yang kini sedang marak. Akan tetapi, ada pula yang tetap mengandalkan kampanye konvensional. “Mereka pintar melakukan promosi dan mencari dukungan, tapi itu bukan artinya mereka pintar memimpin juga,” tutur salah satu siswa. '
“Kampanye melalui media sosial merupakan sesuatu hal yang baik karena banyak digunakan orang saat ini. Namun, tetap saja tidak semua orang mau dan bisa melihat. Jadi, kampanye melalui media digital saja tidak cukup,” ujar seorang siswa lain. Tahap kampanye merupakan salah satu tahap terpenting yang dapat memengaruhi pemilih dalam menentukan pilihannya. Maka dari itu, tak heran tahap ini dimanfaatkan para pasangan kandidat untuk “mem-booking” hati pemilih.
Kampanye melalui poster dan dunia maya mungkin merupakan hal terpenting dalam mem-booking hati pemilih. Namun, karena statusnya masih sebatas “booking”, bisa saja pilihan dibatalkan dan pindah ke pasangan lain. Kini, tinggal pidato yang menjadi titik puncak bagi para pasangan kandidat untuk “mencuri” hati pemilih. Pidato yang disampaikan berupa visi dan misi pasangan kandidat ketua dan wakil ketua OSIS serta program yang dijanjikan bila pasangan terpilih. Setiap pasangan mengutarakan berbagai aspirasi siswa yang akan mereka realisasikan bila terpilih nantinya. Pidato yang dilakukan pada 13 Oktober 2016 ini dilanjutkan dengan pemungutan suara.
Suara warga sekolah disampaikan dengan sebuah contreng pada gambar pasangan yang dipilih di kertas suara. Kertas suara kemudian dimasukkan ke kotak suara Student Council Election 2016. Dengan demikian, berakhirlah “perburuan” hati warga sekolah yang dilakukan para pasangan. Kini, tinggal hasil PEMILU yang dinantikan oleh segenap warga sekolah-apakah pemimpin mereka akan memenuhi harapan mereka atau tidak.
Janji untuk memenuhi aspirasi rakyat merupakan kunci dalam memenangkan suatu PEMILU, sehingga masyarakat menaruh harapan besar pada pasangan yang terpilih. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendengarkan aspirasi pemilih secara menyeluruh. Tidak lupa, aspirasi tersebut tidak boleh hanya berhenti di mulut para kandidat yang terpilih, tetapi harus dilanjutkan dengan aksi nyata demi mewujudkan aspirasi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H