Pagi telah datang semua siap hadapi dunia
Pagi yang datang haruskan kita untuk berpikir
Pikirkan burukmu, pikirkan sifatmu, pikirkan sekitarmu
Baru kau mulai langkahmu
Lihat ke depan
Perlu sedikit senyuman
Walau tak seindah dulu
Yang kau lihat kini
(Sepotong lirik lagu Nosstress berjudul Mengawali Hari, 2011)
Belajar di Luar Sekolah (Ekskursi)
Kegiatan Ekskursi 2024 diadakan oleh Kolese Kanisius sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berkarya di jenjang SMP & SMA. Kegiatan ini diperuntukkan untuk siswa kelas 12 dengan membawa tema "Embrace, Share, and Celebrate our faith." atau yang berarti "Merangkul, Berbagi, dan Merayakan iman kita."
Proses formasi pendidikan ini memiliki tujuan, yaitu untuk dapat memberikan pengalaman penuh bagi para Kanisian agar dapat menumbuhkan rasa ingin mengenal, belajar, dan persatuan dalam menyikapi keberagaman yang menjadi identitas masyarakat kita, Indonesia. Makna kata "Ekskursi" ini adalah belajar di luar sekolah, yang berarti tidak hanya sekedar mencerna pemaparan materi di kelas yang berkaitan dengan penekanan sikap toleransi di lingkungan masyarakat, tetapi lebih kepada kemampuan dalam mengimplementasikannya.
Angkatan kelas 12 disebar untuk belajar ke beberapa Pondok Pesantren di sekitar daerah Banten dan Jawa Barat. Baru kali pertama ini, saya bisa belajar akan menghargai keberagaman dengan mendatangi sebuah pondok pesantren yang selama ini pandangan saya itu masih berdasarkan dari hal-hal yang lewat di sosial media.
Belajar dengan terjun langsung menjadi penting sehingga dapat memperoleh pengalaman yang autentik dan nyata. Dalam kegiatan ini, saya dan 28 Kanisian lainnya beserta dengan dua Guru pendamping mendapat kesempatan untuk belajar di Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Ciwidey, Bandung.
Menginjakkan kaki di tempat yang masih asing bagi diri, membuat jiwa ini tidak merasa tertekan. Akan tetapi, membawa rasa damai melalui udara pegunungan yang sejuk, masuk seakan terbawa ke dalam memori di kampung halaman. Bermain di sawah tanpa merasa lelah, seperti menghirup udara yang sama. Berbeda dari kondisi lingkungan di kota, yang selalu bergantung pada alat untuk tetap bernapas dengan nyaman akibat polusi udara.
Sesampainya disana, kami semua disambut dengan penuh kesungguhan dan keramahan oleh para pengurus Pondok Pesantren dan para santri/santriwati. Kebersamaan dalam keberagaman ini, membuat diri saya secara pribadi merasa luluh karena dalam kondisi baru pertama kali bertemu, langsung tertanam rasa damai dan juga tentunya nyaman.
Dalam pertemuan pembuka kegiatan tersebut, ada pengenalan akan sejarah berdirinya Pondok Pesantren ini beserta dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Ada satu poin yang membuat saya sangat terkesan, bahwa awalnya saya mengira Pondok Pesantren hanya mengutamakan pendalaman pendidikan agama Islam. Akan tetapi di tempat ini ternyata agak berbeda yang mana selain diajarkan tentang iman, ada juga pelatihan kemampuan (skill) di sektor-sektor seperti: perkebunan, pertanian, peternakan, dan tata boga.
Produk yang mereka kelola bahkan bisa sampai dijual di supermarket ternama seperti Lotte, Superindo, dan di berbagai pasar tradisional lainnya. Di sini saya belajar bahwa para santri/santriwati dididik untuk memiliki dedikasi yang tinggi agar dapat mengimbangi ilmu keagamaan sekaligus juga dengan pengembangan skill yang nantinya bisa berguna di dalam komunitas masyarakat.
Setelah pertemuan awal yang begitu hangat, berdinamika bersama dalam kelompok-kelompok kecil membantu kami untuk dapat berbaur satu sama lain dan mengesampingkan rasa canggung terutama dengan para santri dan santriwati. Salah satunya kami diajak untuk melihat berbagai lahan perkebunan dan peternakan serta dipaparkan berbagai informasi mengenai bagaimana cara menanam suatu jenis tanaman dan cara merawat kambing dan sapi. Kemudian, di beberapa bidang tersebut ternyata juga dibagi kelompok yang memiliki tanggung jawab untuk mengurusi isi dan hasilnya.