Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kolese Kanisius hadir dengan memberikan pendidikan yang berkualitas, guna membentuk generasi muda yang bisa membawa dampak positif bagi orang-orang di sekitarnya
Pengembangan karakter menjadi sebuah komponen utama dalam membangun pilar pendidikan di berbagai jenjang, mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Karakter yang dimaksud dalam hal ini adalah cara individu untuk dapat berpikir, merasakan, dan berperilaku terhadap situasi dan kondisi di sekitarnya. Hal itu yang menjadikan setiap manusia itu unik sejak awal karena terbentuk dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Sumber pendidikan karakter bisa diterima dari mana saja, misalnya melalui anggota keluarga sebagai agen sosialisasi pertama bagi anak, lalu kondisi lingkungan masyarakat tempat individu tinggal, sampai ke institusi resmi yang sedari awal bertujuan untuk mendidik anak agar tumbuh menjadi sosok yang dapat berguna bagi masyarakat. Perlu dipahami bahwa karakter seseorang itu tidak muncul secara instan atau tiba-tiba, melainkan akan terus berkembang seiring dengan pemicu/aktivator yang ia terima, salah satunya melalui sebuah institusi pendidikan yaitu sekolah.
Kolese Kanisius (CC) telah menjadi salah satu dari sekian banyak institusi pendidikan yang telah mengabdi untuk Indonesia selama hampir satu abad lamanya. CC didirikan pada tahun 1927 oleh ordo Serikat Jesus (SJ) dan hingga sekarang masih memegang teguh prinsip human excellence, yang berarti Kanisian (sebutan untuk murid CC) tidak hanya unggul dari segi intelektual tetapi juga kepribadiannya. CC hanya menerima anak laki-laki sebagai muridnya atau bisa disebut sebagai sekolah homogen. Salah satu hal yang menjadi nilai tambah dari CC sebagai sebuah sarana pendidikan adalah caranya untuk dapat mengembangkan karakter Kanisian menjadi lebih dewasa.
Melalui berbagai dinamika keseharian, pembelajaran, dan pendidikan yang dialami oleh para Kanisian selama di CC, sumber pendidikan karakter datang dalam berbagai bentuk. Untuk dapat mendisiplinkan seseorang, maka orang tersebut harus terbiasa untuk disiplin. Berbagai peraturan telah dibentuk agar dapat membiasakan para Kanisian untuk menaati tata tertib yang ada, misalnya aturan mengenai jam keterlambatan untuk hadir di sekolah, regulasi tentang larangan menyontek, dan masih banyak lagi. Seiring dengan berjalannya waktu, para Kanisian tentunya sudah terbiasa dengan berbagai regulasi yang diterapkan sehingga tanpa disadari dapat membentuk sebuah habitus yang baik untuk dirinya sendiri.
Selain daripada tata tertib, pendidikan karakter juga bisa diterima melalui berbagai kegiatan yang diadakan sekolah atau OSIS yang biasanya berkaitan dengan kemampuan berorganisasi. Ketika masuk dalam sebuah kelompok kerja, akan ada sebuah tujuan yang ingin dicapai. Agar tujuan tersebut dapat terwujud, maka diperlukannya inisiatif dan kontribusi dari setiap anggotanya. Pada titik itulah, para Kanisian dipacu untuk dapat membuat keputusan sendiri dan tentunya bisa membedakan mana hal yang baik dan yang buruk. Pengalaman berorganisasi di CC sudah dibiasakan sejak jenjang SMP, yaitu melalui OSIS, kepanitiaan kegiatan sekolah maupun komunitas, dan masih banyak lagi. Dalam proses dinamika para Kanisian, tentu akan tumbuh karakter mandiri, aktif maupun inisiatif, serta berkembangnya kemampuan berkomunikasi dengan para Bapak/Ibu guru maupun dengan Kanisian yang berbeda angkatan.
Kegiatan tahunan seperti camping pramuka, live in, jambore, ekskursi, CC CUP, Ragamuda, education fair, compassion week, telah memberikan para Kanisian sebuah sarana untuk mengolah kepribadian mereka masing-masing. Kepribadian tersebut tentu terbentuk dari berbagai pengalaman, misalnya bekerja sama dengan teman, berkomunikasi dengan teman dari sekolah lain, berempati dan peka terhadap kondisi lingkungan, sampai mengimplementasikan kemampuan intelektual ke dalam kehidupan sehari-hari. CC sebagai sebuah institusi pendidikan yang sudah lama berkarya, tentunya selalu melakukan proses adaptasi dengan menyesuaikan konteks perkembangan zaman. Dapat diamati secara sekilas, bahwa perubahan yang paling terlihat adalah fasilitas pendidikan secara holistik. Mulai dari pembangunan gedung baru, perpustakaan yang lebih bagus, lapangan mini soccer sintetik, hingga fasilitas/teknologi yang digunakan dalam kelas-kelas. Selain fasilitas, perubahan metode pendidikan juga tentunya disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan seiring dengan kondisi dunia.
CC bisa bertahan sampai dengan sekarang karena sejak dulu selalu bisa bertahan dari berbagai rintangan akibat perubahan zaman. Sama halnya ketika CC sewaktu masa pandemi Covid-19, yang begitu antusias dalam mencari berbagai cara, agar proses pembelajaran itu tetap berlangsung di tengah hambatan jarak dengan tetap memegang teguh pedoman pendidikan karakter. Ketika masa pandemi dulu, para siswa dibentuk melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah secara online.
Maka untuk CC di masa yang akan datang, bukanlah menjadi sebuah tantangan yang baru lagi. Berbagai zaman sudah dilewati oleh institusi pendidikan yang begitu hebat ini. Maka dari itu, CC hanya perlu untuk terus beradaptasi dan tetap memegang teguh nilai Ignatian yang telah menjadi pedoman sekolah Jesuit, baik di Indonesia maupun secara global. CC sebagai inisiator pendidikan di Indonesia akan tentunya akan terus mendidik para anak bangsa agar bisa menjadi berguna bagi sesama dan orang lain.
Ad Maiorem Dei Gloriam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H