Mohon tunggu...
Nicholas Edward
Nicholas Edward Mohon Tunggu... Wiraswasta - I'm kompasianer

Pengguna yang ingin menyampaikan aspirasi pribadi dalam berbagai bidang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandanglah Beberapa Aspek Kebaikan dari Dua Sisi

23 November 2018   09:00 Diperbarui: 23 November 2018   09:40 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita hidup di dunia. Hidup memiliki tujuan. Hidup di dunia hanya sementara. Dalam hidup ada sedih dan gembira, susah dan senang, dicintai dan disakiti, kecewa dan puas, dan lain-lain. 

Hidup di dunia ini penuh aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, baik aturan Tuhan/agama  maupun aturan manusia/sekuler/duniawi, baik aturan universal atau non-universal, baik yang bersifat moral maupun non-moral, baik yang hukumnya wajib maupun tidak wajib, dan lain-lain. 

Dalam hukum dunia maupun agama, banyak aturan yang perlu atau wajib dipenuhi, dan banyak prinsip kebaikan yang disarankan atau wajib dipenuhi. Inti aturan tersebut adalah demi kebaikan.

Mungkin banyak prinsip kebaikan atau moral yang mungkin kelihatannya berlawanan, padahal bisa disinergikan. Mengenai kebaikan atau moral, banyak hal yang perlu dipandang dari 2 sisi, tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja, bagaikan pisau bermata ganda dan dua sisi mata uang, baik untuk nilai/hukum sekuler/dunia atau nilai/hukum agama. Ini hal yang lumrah bagi saya. 

Karena hidup pun ada 2 sisi, ada kiri ada kanan, ada atas ada bawah, ada gelap ada terang, ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada kelahiran ada kematian, ada senang ada susah, ada gembira ada sedih, ada panjang ada lebar, dan lain-lain. 

Alasan mengapa banyak hal yang tak bisa dilihat dari 1 sisi saja, karena prinsip kebaikan tidak selalu hanya melihat dari satu nilai saja, tetapi lebih dari satu nilai. Banyak orang yang cenderung melihat dari satu sisi saja dan mengabaikan sisi yang lain, maka jadi tidak baik. Maka dari itu dalam berbagai hal kita diajarkan tidak mengikuti 2 sikap ekstrim baik dari sisi kiri maupun sisi kanan, baik hukum dunia atau hukum agama. Saya sebutkan beberapa hal berikut:

  • Sikap ekstrim yang pertama adalah manusia cenderung hanya mau mengandalkan kekuatan sendiri, dan sikap ekstrim yang kedua adalah manusia hanya mau mengharapkan Tuhan saja tanpa mau berusaha. Padahal seharusnya manusia bekerja dan berusaha, namun juga jangan lupa mengandalkan Tuhan, karena sebaik-baiknya manusia dan sehebat-hebatnya manusia namun tanpa Tuhan tidak akan berarti, namun di sisi lain juga Tuhan tidak mau manusia hanya malas-malasan dan diam saja.

  • Sikap ekstrim yang pertama adalah manusia tidak mau mendengarkan pendapat dan perkataan orang lain atau tidak mau menerima nasihat dan kritikan orang lain, dan sikap ekstrim yang kedua adalah manusia terlalu peduli dengan perkataan orang lain. 

  • Padahal seharusnya manusia mau mendengarkan dan menghargai perkataan orang lain dan menerima kritikan orang lain kalau salah, namun juga saring perkataan orang lain(jangan terima mentah-mentah) dan jangan terlalu peduli dengan kata orang lain, karena pendapat dan perkataan manusia perlu dihargai dan terkadang manusia suka salah jadi perlu nasihat atau kritikan orang lain.

  • namun di sisi lain banyak orang yang mengucapkan kata yang tidak baik, sia-sia atau bahkan menghina/menjatuhkan orang lain, dan juga tidak semua pendapat/perkataan orang lain benar, dan untuk kebenaran yang sifatnya netral atau salah orang lain bisa berbeda pendapat dengan kita, serta hidup kita seharusnya jangan selalu mengikuti perkataan orang lain, karena hidup ini hidup kita bukan milik orang lain, dan manusia berhak mengikuti kemauannya sendiri tanpa gangguan orang lain selama tidak berlawanan dengan nilai dan norma yang berlaku.

  • Sikap ekstrim yang pertama adalah meyakini bahwa pasti tidak ada masalah, semua pasti baik-baik saja, dan sikap ekstrim yang kedua adalah memikirkan bahwa hal yang buruk akan terjadi(berpikir negatif). Padahal seharusnya manusia berpikir positif, yaitu memikirkan yang baik, memikirkan yang baik akan terjadi, namun juga tidak terlalu percaya diri bahwa semuanya 100% pasti baik baik saja dan menyakini bahwa masalah bisa saja terjadi dalam hal tertentu dan meyakini bahwa hidup di dunia tak selamanya mulus, karena di satu sisi  sebagai manusia harus mengharapkan yang terjadi adalah hal-hal baik, namun di sisi lain kehidupan di dunia tak selamanya mulus, pasti ada masalah, dan apapun bisa terjadi. 

  • Selayaknya manusia berpikir secara rasional(masuk akal), namun dalam agama tertentu meyakini hal yang mustahil bisa menjadi tidak mustahil. Sebagai contoh si A akan pergi ke luar negeri, ia harus berpikir bahwa ia akan selamat dalam naik pesawat, namun ia juga jangan terlalu yakin bahwa ia akan selamat, karena apapun bisa terjadi, bahkan hal yang aneh sekalipun.

Saya tidak bisa memberi banyak contoh, namun dari 3 contoh di atas bisa digambarkan bahwa dalam banyak hal manusia perlu memandang dari 2 sisi nilai. Saya lihat banyak manusia yang hanya melihat dari 1 nilai saja maka kebaikan atau kebenaran tidak terlaksana dengan baik. Misalnya karena si A menganggap dilarang pilih-pilih teman, maka ia bergaul dalam pergaulan yang salah. 

Akibatnya si A terbawa arus dalam pergaulannya, padahal yang benar jangan pilih-pilih teman namun selektif memilih teman untuk dijadikan teman bergaul. Maka sepatutnya sebagai manusia dalam banyak hal memandang dari 2 sisi nilai, agar nilai tertentu dapat terlaksana dengan baik, serta tujuan yang baik tercapai.

Misalnya si A suka minum minuman beralkohol namun sahabatnya si B mengatakan pada si A bahwa minum alkohol itu tidak baik dan merugikan kesehatan dan tidak dibenarkan minum alkohol walau sedikit dan jarang, namun si B menasihatinya dengan cara mengejek si A, si B menasihati si A karena si B meyakini minum alkohol itu tidak benar, namun si B mengejek si A karena perbuatan yang menurut si B salah. Padahal minum alkohol itu tak apa-apa asalkan dalam takaran yang wajar. 

Sikap si A adalah mau mendengarkan dan menghargai pendapat si B walau tak sesuai, karena si B memiliki pendapat yang berbeda, meskipun si B  menyampaikannya dengan cara yang tidak sesuai(mengejek), namun si A tidak mengikuti kata si B karena si A tidak salah, dan si A tidak mau hidupnya dikuasai orang lain. Maka di satu sisi si A tidak perlu merasa bersalah atas perbuatannya sendiri, dan di sisi lain si B tetap dihargai.

Kasus lain, Anton seorang pengusaha. Anton pekerja keras. Anton memiliki banyak skill. Namun karena dia merasa dirinya hebat dan benar-benar mau menunjukkan bahwa dirinya hebat, ia bekerja mati-matian, namun ia tidak mau memedulikan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun