Mohon tunggu...
Nicholas Hadi Saputra
Nicholas Hadi Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

menulis kalau sempat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebab Kenaikan Suku Bunga Acuan yang Tinggi di Argentina

29 Maret 2024   14:31 Diperbarui: 29 Maret 2024   14:32 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suku bunga acuan merupakan tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank sentral sebagai referensi bagi produk pinjaman di berbagai lembaga keuangan. Tujuan utamanya adalah menjaga stabilitas nilai mata uang dan mengatur jumlah uang yang beredar. Sebagai instrumen kebijakan moneter, suku bunga acuan memiliki dampak besar terhadap perekonomian nasional.

Penetapan suku bunga acuan dapat mempengaruhi inflasi, daya beli masyarakat, dan mencegah kecurangan dalam sistem perbankan. Ketika suku bunga acuan naik, suku bunga tabungan dan deposito cenderung meningkat, mendorong masyarakat untuk menabung di bank daripada mengeluarkan uangnya. Kenaikan suku bunga juga dapat mengurangi minat masyarakat untuk meminjam dari bank.

Setiap negara di dunia ini tentu mempunyai suku bunga acuannya masing-masing. Tingkat persentase suku bunga acuan tiap negara berbeda-beda tergantung kondisi ekonomi di negara masing-masing. Oleh karena itu kenaikan suku bunga acuan yang fantastis oleh bank sentral di Argentina tentuna bukan tanpa alasan dan penuh dengan pertimbangan.

Suku bunga acuan Argentina sendiri pada saat artikel ini dibuat sedang berada pada angka 80% dan pernah mencapai angka tertingginya pada November 2023 kemarin pada angka 126%. Angka ini sangat jauh sekali apabila kita bandingkan dengan suku bunga acuan di Indonesia yang hanya sebesar 6%.

Inflasi di Argentina bermula pada tahun 1976 ketika ekonomi negara tersebut mulai mengalami krisis akibat pengeluaran besar yang didanai dengan hutang besar. Selama periode 13 tahun, pendapatan riil masyarakat mengalami penurunan lebih dari 1% setiap tahunnya karena mengalami hyperinflasi. Pada tahun 1991, Argentina mulai menerapkan sistem liberal yang melibatkan privatisasi beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pengurangan subsidi, dan menggunakan hasil penjualan BUMN untuk membayar utang. Namun, pada tahun 1998, resesi di Asia yang berdampak pada krisis politik di Argentina membuat sistem ekonomi negara tersebut menjadi tidak efektif.

Pada tahun 2022, Argentina mencatat tingkat inflasi tahunan tertinggi dalam tiga dekade terakhir, yang dipicu oleh krisis politik dan kekurangan rencana ekonomi yang kredibel dari pemerintah. Pada Februari 2024, inflasi Argentina mencapai 13,2 persen dalam sebulan saja, namun meningkat menjadi 36,6 persen hanya dalam dua bulan. Tingkat inflasi yang sangat tinggi ini membuat Argentina menjadi negara dengan inflasi terburuk di dunia.

Tingkat suku bunga yang tinggi bisa mengundang arus masuk dana asing ke pasar modal Argentina. Sebagai negara yang tergolong dalam kategori pasar berkembang, Argentina menjadi tujuan investasi menarik bagi investor dari luar negeri. Kedatangan modal asing juga bisa berdampak pada penguatan nilai tukar peso, yang membawa dampak positif bagi fundamental ekonomi Argentina.

Tingkat suku bunga yang tinggi dapat memicu perubahan harga di pasar saham dan obligasi Argentina. Investor mungkin melihat peluang untuk membeli pada harga yang lebih rendah ketika terjadi koreksi harga pada instrumen keuangan tertentu. Volatilitas yield seringkali terjadi di negara-negara dengan posisi fiskal yang rapuh. Masuknya dana asing ke pasar keuangan Argentina bisa meningkatkan volatilitas yield, yang berpotensi meningkatkan risiko bagi para investor.

Dampak dari suku bunga yang tinggi juga terkait dengan risiko. Premi risiko, yakni selisih antara suku bunga domestik dengan suku bunga asing yang dianggap lebih rendah risikonya, menunjukkan bahwa yield obligasi negara pun menjadi tinggi. Situasi ini bisa memengaruhi pembentukan modal tetap bruto di negara-negara seperti Argentina.

Kondisi ekonomi Argentina yang sedang krisis bisa mempengaruhi dampak dari tingkat suku bunga yang tinggi terhadap investor asing. Krisis ekonomi yang dihadapi Argentina dapat meningkatkan risiko investasi dan mempengaruhi perubahan harga di pasar saham dan obligasi Argentina.

Langkah-langkah keras pemerintah Argentina, seperti kebijakan pengetatan moneter yang agresif, bisa mempengaruhi dampak dari tingkat suku bunga yang tinggi terhadap investor asing. Kebijakan semacam itu bisa meningkatkan risiko investasi dan memengaruhi perubahan harga di pasar saham dan obligasi Argentina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun