Mohon tunggu...
Nicholas Keenan Karahayon
Nicholas Keenan Karahayon Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid SMA Kolese Kanisius

saya suka bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Profesor yang Melakukan Penyuapan

30 Agustus 2024   10:01 Diperbarui: 30 Agustus 2024   10:01 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kasus Profesor Dr. Kormani menunjukkan betapa seriusnya persoalan korupsi di dunia pendidikan, khususnya di lembaga pendidikan tinggi. Carumani, yang melakukan suap untuk mendapatkan dan mempertahankan posisi rektor universitas dan memanipulasi proses seleksi mahasiswa dan guru, menunjukkan keseriusan penyalahgunaan kekuasaan dan kekuasaan. Kasus ini menunjukkan bahwa tidak hanya institusi yang akan gagal, namun kualitas pendidikan yang ditawarkan juga akan menurun.

Hal ini menunjukkan perlunya perubahan mendesak dalam sistem pendidikan tinggi. Untuk mencegah kejadian serupa di kemudian hari, diperlukan prosedur administratif yang lebih kuat, transparansi dalam proses seleksi, dan penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan.

Karumani dinyatakan bersalah dalam kasus keuangan penerimaan mahasiswa baru Universitas Lampung (Unila) dan korupsi sejumlah 3,4 miliar Rial. Dia menerima suap dari siswa dan orang tua untuk memudahkan proses penerimaan universitas. Selain itu, Kromani juga diperintahkan membayar biaya sebesar 8,75 miliar rial yang menunjukkan besarnya korupsi di kalangan akademisi.

Kasus ini tidak hanya melibatkan Cromani, tetapi banyak pejabat UNILA, termasuk Harindi, Wakil Rektor Bidang Ilmiah, dan Ketua Senat Mohammad Basri juga divonis penjara. dan denda. . Keterlibatan banyak pihak menunjukkan adanya jaringan korupsi yang luas di lembaga tersebut sehingga berdampak pada kualitas pendidikan dan integritas lembaga.

Prof. Kasus Dr. Kormani dapat diibaratkan seperti sebuah pohon yang tampak kuat dan tangguh di luar, namun akarnya rapuh dan terinfeksi dari dalam. Di permukaan, pohon tampak sebagai pelindung, bermanfaat bagi banyak orang, guru yang sakti, sumber ilmu dan kebijaksanaan. Namun di balik itu semua ada korupsi yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Ibarat pohon yang selalu tumbang karena akarnya rusak, seorang guru pun bisa kehilangan nama baik dan kariernya jika integritas dan kejujurannya dalam bekerja rusak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun