Mohon tunggu...
Niyyatinur Efendi
Niyyatinur Efendi Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

Menulis adalah pekerjaan yang amat sangat menyenangkan. 'salah satu cara untuk menguatkan diri, terapi dan penegasan eksistensi'... MENULIS ADALAH KEBUTUHAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mode dan Kewajiban Menutup Aurat

5 Januari 2021   09:28 Diperbarui: 5 Januari 2021   09:33 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan pokok yang paling mendasar terdiri dari makanan (pangan), Pakaian (sandang) dan perumahan (Papan). Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil 'alamin tentu tidak abai dalam mengurus hal tersebut. Dalam hal Makanan Allah perintahkan agar memilih makanan yang halal lagi baik. Dalam berpakaian diperintahkan untuk menutup aurat, walau terdapat sedikit perbedaan dalam batasan aurat, namun kewajiban menutup aurat tidak dapat disangkal. 

Di Zaman dengan kemajuan teknologi informasi yang pesat, sekat antara satu wilayah dengan wilayah di seluruh dunia seolah tidak ada dan dunia seolah sangat dekat. Informasi beredar dengan sangat cepat, dalam kesulitan tabayyun terdapat kemudahan pula. Hanyasanya kebebasan informasi membutuhkan filter berlapis pada penerima informasi. 

Yang diharap cerdas adalah pengguna informasi, karena pengedar informasi mungkin tidak punya maksud tertentu dalam mengedarkan suatu informasi, namun pengguna dan pihak yang memperoleh manfaat dari informasi tersebut tentu akan menggunakannya untuk kepentingan tertentu yang bisa saja bermanafaat bagi orang banyak atau bahkan merugikan orang banyak.

Model informasi, misalnya, terkait kewajiban seorang Muslim terutama muslimah dalam menutup aurat disandingkan dengan berbagai informasi subjektif yang terkadang tidak menyentuh inti persoalan kewajiban seorang Muslim menutup Aurat. Kewajiban menutup aurat disandingkan dengan persoalan menghijab hati, menghindari berpikir negatif (su'uzan) terhadap orang lain dan pikiran terkait orang yang tidak berhijab akan masuk neraka.

Benar bahwa kewajiban menutup aurat memiliki konsekuensi eskatologis, namun tidak seorangpun punya kemampuan melihat seperti apa kehidupan seseorang di luar yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Ada dimensi spiritual yang tidak terjangkau mata, yang dengannya manusia terhubung dengan Tuhannya. Menjaga pikiran dalam dimensi ini membantu seseorang melihat secara jernih suatu persoalan, termasuk perkara Hijab.

Hijab bukan hanya perkara menghindari pandangan manusia yang memang ada penyakit dalam hatinya, tetapi menutup peluang penyakit itu muncul dengan segala keganasannya. Tidaklah sebanding perbuatan a susila berlangsung ketika perempuan telah berusaha menutup aurat dengan baik tetapi kejahatan (jarimah) tersebut masih terjadi, tetapi di sisi lain ada yang membiarkan auratnya tetap terbuka dan perbuatan  asusila juga berlangsung. 

Tidak dapat dibenarkan menghina seseorang yang belum menutup aurat dengan baik dan menghubungkannya dengan sebab akibat terjadinya jarimah. Manusia belajar dari setiap kesalahan/ kekeliruan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Perlu dukungan manusia lain dalam mewujudkan harapan itu, alih-alih menghina dan menjatuhkannya ke dalam lembah kelam kehinaan. Seseorang tidak menjadi hina hanya karena dihina.

Pakaian juga bahasa agama, Menutup aurat butuh keteguhan dan keyakinan akan kemanfaatannya. Selain menutup aurat, mode juga bicara keindahan dan kenyamanan. Selain bicara dimensi objektif juga perlu mempertimbangkan dimensi subjektif. Suatu daerah yang telah sepakat dengan batasan aurat dan kewajiban menutup aurat juga masih mentolerir wilayah privat dan sepakat untuk memberikan pendidikan dan syiar kepada generasi Islam bagaimana berpakaian di ranah publik.

Meletakkan persoalan dalam konteksnya tersendiri adalah cara bagaimana suatu persoalan kemudian dapat dipecahkan dan ditemukan solusinya. Kebenaran tidak berada dan mengikuti orang tertentu, kebenaran konsisten dan selalu di tempatnya, akan ditemukan oleh orang yang konsisten dan setia pada kebenaran. Orang tersebut adalah pembelajar, yang selalu mengharap bimbingan dari Allah SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun