Tabuh berbunyi gemparkan alam sunyi
Berkumandang suara azan
Mendayu mengusir sepi
selang seling sahutan ayam
Tetapi insan walaupun ada hanya
 mata yang celik dipejam lagi
Hatinya penuh benci
Mendengkurlah kembali
Begitulah peristiwa di subuh hari
Suara insan di alam mimpi
Ayuh bangunlah tunaikan perintah Allah
Sujud mengharap keampunannya
Bersyukurlah, bangkitlah segera
Moga mendapat keredhaannya
Begitulah peristiwa di subuh hari
Setiap pagi Setiap hari
(Raihan)
Tia, si Ratu tidur, bisa terlelap dimanapun bahkan di tempat sampah sekalipun. Orang macam dia bisa dibawa perang, kalau saja dia tidak punya masalah juga dengan bangunnya.
Waktu kecil, Tia pernah dibopong ayahnya ke kamar mandi sangking susah bangunnya. Pernah juga ke sekolah cuma cuci muka aja, takut terlambat. Bahkan setelah mandi sekalipun dia masih bisa terlelap. Matanya sulit dibuka kalau sudah terlelap. Jangan tanya shalat subuh, hampir tidak pernah.
Waktu bulan puasa saat masih SD, kelas tinggi. Dia ikut dibangunkan waktu sahur. Walaupun sulit, dia akhirnya berhasil bangun. Kalau berhasil bertahan sampai subuh, dia ikut shalat subuh berjamaah di masjid. Asmara subuh populer di bulan puasa. Selepas shalat subuh, Tia dan kawan-kawan menikmati udara pagi, sekali waktu menuju pantai, di waktu yang lain ke arah bukit. menikmati suguhan keindahan pemandangan laut dan bukit saat matahari terbit. Mereka menikmati kebersamaan, tafakkur alam, mengagumi keindahan alam ciptaan Allah SWT. Bulan baik dimanfaatkan untuk tujuan yang baik pula, harus.
Tia shalat subuh berjamaah pertama kalinya, mengira shalat subuh setelah rakat pertama harus duduk tahiyat awal. Bulan ramadhan berhasil mengubah pandangan salah itu. Dia yang belum hafal doa qunut, hanya ikut mengaminkan bacaan imam saja.
Meskipun orang tua tidak pernah lelah mengingatkan tia untuk shalat, Shalat subuh adalah shalat yang paling sulit bagi Tia. Dia sering berpikir dan berniat untuk melaksanakan shalat dengan rutin.  Tapi kendalanya masih di shalat subuh. Dia baru bisa bangun kalau sudah terang. Saat sekejab matanya terbuka, dilihatnya masih gelap, matanya dipejam lagi, tidur kembali. Hanya karena alasan tidak ingin  tinggal shalat, dia segera menunaikan shalat subuh saat terbangun.
Di sekolah menengah, dia mulai kesulitan untuk shalat subuh saat terbangun, tidak cukup waktu untuk melakukannya karena kerepotan dengan persiapan ke sekolah. Bisa-bisa kena setrap. Dia mengganti shalatnya setelah shalat zuhur. Dia menyamarkannya seolah sedang shalat sunnat, merasa malu dengan kawan-kawan yang juga ikut numpang shalat di rumah penjaga sekolah karena sekolah belum punya mushalla. Untung tidak pernah ada yang membicarakannya, demikian pikirnya.
Â
Dia masih saja sulit bangun subuh saat mulai tumbuh dewasa. Hingga suatu ketika dia semakin sadar seiring bertambahnya usia. Dia belajar tentang keutamaan shalat. Terutama shalat sunnat sebelum subuh (shalat sunat fajar) yang keutamaannya lebih baik dari dunia dan seisinya. Orang yang benar-benar kaya (jiwanya) tidak akan pernah meninggalkan shalat ini. Dia mulai mencoba bangun lebih cepat. Memulai shalat sunnat fajar secara rutin. Walaupun sesekali dia masih juga terlambat bangun, namun motivasinya kian bertambah untuk memperbaiki shalat dan bertaubat atas kesalahannya di masa lalu.