Perempuan bercadar dewasa ini bukanlah sesuatu yang aneh, cadar telah  menjadi gaya hidup perempuan indonesia. Tak ubahnya perempuan berhijab lainnya, memakai burqa (cadar) pada awalnya merupakan sesuatu yang asing dan memberi kesan tertutup. Bercadar sebagai ekspresi pemahaman agama bukanlah sesuatu yang mengkhawatirkan dan layak dimusuhi, tapi sepatutnya mendapat dukungan.Â
Ketakutan  tidak mendasar ketika menyandingkan cara berpakaian seseorang dengan radikalisme. Melarang sesuatu yang baik dan nyaman bagi pemakainya adalah bagian dari diskriminasi. Â
Saat ini, ketika cadar telah menjadi lifestyle, tidaklah sulit bagi seorang mahasiswa mengekspresikan pilihan cara berpakaiannya. Sekitar tahun 2005 ada perempuan cerdas bercadar yang harus mengorbankan kuliahnya karena dosen pembimbing enggan membimbingnya jika dia tidak menanggalkan penutup wajahnya. Boleh saja tidak setuju terhadap sesuatu, tetapi tetap harus mampu berlaku tidak adil.
Perempuan bercadar saat ini bukanlah gambaran perempuan ekslusif yang menutup diri dari sekitarnya, sementara memakai pakaian tertutup tidaklah menghalangi aktifitas. Masyarakat modern sangat terbuka dan memahami perbedaan.
Suatu sikap hidup dilakukan karena keyakinan tertentu, menghalangi keyakinan seseorang tidak akan menguntungkan pihak manapun. Siapapun berhak mencari yang menemukan kebenaran yang diyakininya. Tidaklah tepat mengorbankan keyakinan seseorang, dan secara zalim menghambat gerak seseorang karena pemahaman dan keyakinannya.
Terimalah cadar itu sebagai lifestyle, biarkan orang mengekspresikan gayanya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H