Saya mengajar di sebuah sekolah yayasan yang dinaungi oleh Departemen Agama (Depag). Sekolah tersebut baru berdiri selama kurang lebih 5 tahun. Sekolah tersebut sudah meluluskan 3 kali pelulusan. Ternyata mengabdi di sekolah yang baru merintis itu tidaklah mudah, selain butuh kesabaran dan tenaga, saya juga harus rela mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan belajar mengajar. Sekolah kami masih banyak sekali kekurangan seperti kurangnya sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar.
kurangnya bantuan-bantuan dan dukungan dari masyarakat sektar membuat sekolah tersebut sedikit terbengkalai, tetapi semangat dari guru dan sebagian anak-anak yang ingin melanjutkan ke tingkat SMP membuat kami tak putus asa. Bantuan BOS yang datang tiap 3 bulan sekali bisa sedikit membantu melengkapi sarana dan prasarana. Terkadang disisihkan sedikit dari uang tersebut untuk menggajih guru yang hanya bisa diberikan 150.000/ 3 bulan sekali, walaupun dengan gajih sebesar itu kami tetap semangat menjalani aktivitas kami.
Kurangnya sarana dan prasarana sekolah tersebut membuat masyarakat enggan memasukan anak-anaknya untuk melanjutkan ke sekolah tersebut. Padahala kami sebagai tenaga pengajar tidak pernah memungut sedikitpun biaya pada mereka. Semua keperluan siswa dari pakaian seragam, olahraga, ATK, semua kami berikan dengan gratis atau Cuma-Cuma. Kami berharap dengan berdirinya sekolah tersebut bisa membantu orang-orang yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya. Semoga dari tahun ke tahun murid kami bertambah banyak dan sekolah kami menjadi berkembang. Semoga Depag juga bisa memberikan bantuan yang lebih besar supaya sekolah kami bisa melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada di sekolah kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H