Mohon tunggu...
Nia Rizki
Nia Rizki Mohon Tunggu... Administrasi - Staff tata usaha

Tidak ada hobi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sumur Alas Kedung Asih

8 Desember 2023   09:09 Diperbarui: 8 Desember 2023   09:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Desa Kedung Dalam, Kecamatan Mauk memiliki Destinasi Wisata, yang perlu perhatian pihak pemerintah daerah berupa Sumur Tua yang terbengkalai, tepatnya di Kampung Dukuh Rt,009, Rw,002.

Sumur itu dulu dikenal dengan nama"Raden Suta Jaya Syekh Syaidun" dibangun pada tanggal 24 Februari 1972. banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai pelosok daerah. M. djunaedi bin H.Mohamad Pinan sebagai sesepuh desa Kedung Dalam kini kesehariannya merawat lokasi Sumur Alas itu sendiri. Awal mula sumur alas di buat yaitu di gali dengan bambu runcing oleh Mbah buyut H. Sartu, tujuan sumur alas ini di buat untuk sumber air yang dulu nya ternyata sempat kekeringan karna tidak hujan selama satu tahun setengah dan ini menguntungkan banyak warga sehingga warga dapat mengambil air bersih untuk di gunakan.

Yang membuat sumur alas ini  yaitu buyut H. Sartu Dan diresmikan oleh H. Pikan, beliau mempunyai kelebihan yaitu memiliki satu jiwa 5 raga, diantaranya :

  • Mbah buyut Sake -- lampung
  • Mbah buyut Sarta -- karawang
  • Mbah buyut Sakam -- kedung dalem, Tangerang
  • Mbah buyut Sarmanah -- Cikeusik
  • Mbah buyut Sartu -- Suka hujan, Malimpig, Lebak, Banten

 Beliau juga pernah diberitakan masuk dalam liputan Majalah Kartini edisi 23 dengan judul berita "Mbah Sartu Beristri 46 Kali". Setelah di resmikan oleh Abah H. Pikan dan di lestarikan oleh Bapak M. Junaedi, Sumur Alas, kini menjadi tempat cagar budaya dan saksi sejarah di desa Kedung Dalem, Sumur ini juga sering di gunakan sebagai sarana ibadah dan ritual khadarat dan tawasul.

Buyut H. Sartu di kedung dalam di juluki sebagai buyut sakam, sumur ini pun dinamai oleh H. Sartu dengan sebutan "Raden Suta Jaya Syekh Syaidun" Atau bisa disebut sumur alas kedung asih.

Kenapa Sumur ini di sebut sumur alas, karena sumur itu di bangun di alas. Banyak pula kejadian yang terjadi selama bapak djunaedi merawat sumur itu, salah satu nya yaitu sumur ini dulunya berwarna, ada warna putih dan merah, itu di saksikan oleh semua warga dan bapak Djunaedi. Kata bapak Djunaedi jika sumur sedang berwarna putih itu artinya keberkahan dan semua warga berbondong-bondong untuk mandi di sumur itu, tapi jika sumur itu berwarna merah tidak ada satupun warga yang berani untuk mandi di sumur tersebut.

Sebelum dibangun nya sumur ini ternyata ada yang menemukan tongkat didalam sumur itu. Tapi sayang nya tongkat itu tidak bisa diambil oleh bapak djunaedi dan tongkat itu langsung masuk kedalam sumur alas tersebut dan menghilang begitu saja.

Fungsi sumur alas sekarang dijadikan untuk pemandian yang bisa jadi keberkahan bagi yang mandi disumur tersebut. Semua orang bisa berkunjung kesitu bahkan mandi dipemandian itu, tapi tidak untuk menjadi patokan dan meminta yang aneh aneh disitu, karna itu hanya untuk jembatan agar mendapat keberkahan.   

Kesimpulan nya yaitu sumur ini banyak kegunaan nya, dan bisa menolong warga sekitar jika kekeringan. Sumur ini salah satu nya cagar alam yang ada di kedung dalam dan masih berdiri sampai sekarang.

Saya mengambil sumber ini dari Youtobe paguyuban Sairah Bani Iran, Youtobe ini dapat di percaya karena yang mewawancarai sesepuh tersebut adalah kakek nya sendiri. Dan sumber ini akurat dan dapat dipertanggung jawabkan ke aslian sumur alas tersebut.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun