Belum pernah kulakukan sebelumnya
Entah kenapa… itu bisa luput dari alur hidupku
Sampai suatu sore yang gerah membangunkan tidur siangku
Sesuatu menyusup di hati hampaku
Kenapa ku bilang hampa?
Aku juga tidak yakin, tapi hatiku bersikukuh bahwa aku haus suara tegas itu
Suara tegas yang lebih dari dua tahun ini langka kudengar
Suara tegas yang dulu sering membuatku marah dan takut
Bukan! Bukan takut, aku tidak takut aku hanya terkesan
Lalu kenapa marah?
Ya.. aku marah karna dia tidak pernah membelaku didepan teman-teman kecilku saat mereka mengundang air mataku
Aku marah karna dia tidak pernah menjemputku di depan gang sepulang les atau latihan drum band
Aku marah karna dia tidak pernah mengulurkan payung saat aku menggigil kedinginan antara lapar dan kuyup kehujanan
Aku marah karna harus selalu menunggu ratusan jam untuk satu barang saja
Aku marah karna tak ada satupun mainan saat kecil yang datang darinya
Aku marah karna dia belum juga memasang antenna tv di rumah
Aku marah karna dia pernah menyalahgunakan kesetiaan istrinya
Aku marah karna dia tidak pernah mengambil nilai raportku
Aku marah karna dia nyaris tak pernah memuji hasil belajar kerasku
Aku marah saat dia tidak pernah membahas universitas kepadaku
Aku marah ketika perhatiannya ditujukan untuk anak orang
Aku marah? Ya kau marah saat itu
Dan membuat seribu pertanyaan untuk saat ini
Apa pantas?
Aku tidak tau, itu naluriku dulu
Dan lihat sekarang…
Fotokopian KTP nya tergeletak tak berharga di dekat rak buku kayu ku
Nyaris diam tak mengisyaratkan apapun..
Debu tipis menempel di sudut kertas kusam itu
Peta Indonesia tercetak hitam di samping profil dan foto kecil sang empunya
Foto kopi hitam putih
Semua berubah ketika aku memungutnya
Tenggorokanku tersedak dan kalut
Ku usap debu tipis itu
Kupandangi foto kecil itu
Ku baca deret profil disampingnya
Ini tentang bapak ku...
Aku menengadah menahan rembesan air hangat di kelopak mataku
Hanya ini yang ku punya disini
Allah… ini gambar bapak ku
Ku pandangi lekat-lekat wajahnya, dan
Aku bersumpah dia tampan
Matanya tajam tapi lembut
Rambutnya hitam pekat ,karna minyak urang aring nya
Dia tersenyum di foto
Dan aku ikut tersenyum melihatnya kini
Urat lehernya sangat tegas
Menandakan betapa keras pekerjaan yang dijalaninya
Allah, ini bapak ku…
Beri yang terbaik untuknya apapun itu…
Karna aku sendiri bingung doa apa yang pantas untuknya
Dia terlalu istimewa ..
Beri dia surgamu Allah.. beri dia surgaMu
****
Aku… kini sibuk memcari-cari lagu itu …
Lagu yang rasan-rasan mengingatkanku padanya
Lagu yang selalu didengarnya setiap sore
Lagu yang selalu nyaring melengking dari tape simba kami dirumah
Lagu itu kuno
Dan dulu aku benci karna kupikir mengganggu belajarku
Tapi dia tidak bosan
Dia hanya menyukai satu saluran diradio
Radio merapi indah namanya
Siaran kesukaannya ya sebatas berita daerah dan lagu-lagu masa kecilnya
Menikmatinya dengan segelas teh
Gelasnya besar hadiah cat tembok
Tapi sejak tahun 2000 gelasnya berubah
Menjadi gelas putih bergagang, dari pt.pouchen Indonesia
Aku belajar dikamar
Emakku di dapur dan bapakku sibuk dengan radionya
Lagu kesukaannya selalu diputar pada sore hari
Udara saat itu agak gerah dan lengket
****
……dalam renungan ku seorang..diambang sore nan layu..
Ditempat tiga titian tamasya indahku bisu kesatu arah tertentu
ku lepaskan pandanganku… ditempat janji bertemu simpang tiga rumpun bambu……………..
Kini kudapati diriku terpantul di monitor leptop
Meringis sendiri dengan hati luruh
Kegirangan menemukan apa yang aku cari
Lagu itu ada
Berjejalan dengan koleksi lagu taylor swift ku
Aku termenung memdengarkan lagu itu , dulu aku hanya ikut menikmatinya
Kini berbeda, aku menghayati maknanya..
Rasanya aku ingin pulang..
Aku ingin menjadi anak sekolahan yang merasa terganggu dengan gaungan lagu itu
Aku ingin menikmati setiap sore yang gerah itu dengannya
Dengan matematika dan sosiologi di depanku
Dengan mimpi yang membentang luas
Dengan ketamakan ingin lulus unas
Dengan asap yang mengebul dari dapur
Dengan aroma masakan yang sama sejak 10 tahun bergulir
Aku kangen keringatnya sepulang bekerja
Bapak.. aku tidak marah lagi
Aku ingat engkau pernah sekali menjemputku di gang depan saat aku kesorean pulang les
Aku ingat engkau pernah menggendongku saat aku typus dulu
Berjalan tegap menyusuri galengan sawah yang becek
Balai sesehatan terdekat saat itu sudah tutup, kita kesorean sampai
Angkutan umum sudah tiada yang lewat
Ku rasakan engkau terus menggendongku lebih jauh
Kita sampai di rumah dokter umi
Kulihat engkau tersenyum saat menerima obat itu
Satu lagi aku ingat..
Engkau selalu menggendongku setiap pulang dari masjid tetangga desa itu…
Dan semua itu berhenti saat aku masuk sekolah menengah pertama
Selalu menunggu-nunggu saat libur kenaikan kelas tiba
Karna itu berarti kita akan pergi kepasar itu
Semuanya akan berubah baru saat ajaran tahun baru dimulai
Itu moment yang paling aku suka dulu dan nyaris terlupakan kini
Jika aku tak menemukan fotokopian KTP ini
Aku juga ingat….
Sawah mbelan…sekarang sudah tertelan banjir lahar dingin
Aku ingat suara tongeret di sore hari yang menyisakan kita bertiga di sawah saat itu
Aku, engkau, dan ma’e
****
Bapak..
Aku belum pernah mendapatkan pelukanmu, atau aku sudah lupa aku tidak tau
Bapak…
Aku bisa melihatmu bahagia di malam takbiran kemarin
Saat pemuda tampan itu memjemputku pulang
Dan menyerahkanku pada mu dini hari dalam keadaan utuh
Bapak…
Sungguh aku berharap engkau yang menjemputku saat kembali ke kampung kemarin
Aku ingat taun dulu, lebaran taun dulu
Saat engkau berlari-lari menyambutku di stasiun mati itu
Sumpah! Aku ingin memelukmu
Bapak…
Sampai kapanpun engkau adalah
Anugrah terindah dalam ulir-ulir hidupku
****
Memandangi tumpukan buku di meja belajarku yang sesak
Kaktus di samping leptop seolah-olah tersenyum melihatku menangis sendirian
Di sore yang panas ini
Ini semangat
Bukan keterpurukan
Untuk nya! Ya untuk nya
Perjuangan ku ini untuknya
Untuk senyumnya
Untuk suara tegasnya
Untuk ketabahannya
Semua untuk nya.untuk bapak ku
Bapak,dengarkan aku..
Aku ingin berguna bagimu
Bapak,lihatlah aku
Kini air mata ini tak bisa kuhentikan
Aku kangen bapak
Cibitung,171112
Bapak,you’re my super father! Love you
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H