Mohon tunggu...
KURNIA KAHA
KURNIA KAHA Mohon Tunggu... Guru - Penulis antologi Debur-Debur Rindu

dalam dingin yang gigil dalam panas yang ranggas apalah jadinya aku tanpa doa-doa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tanah Lapang Kami, Dulu dan Kini

14 September 2016   20:39 Diperbarui: 14 September 2016   20:49 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Rumput hijau dengan bulir embun-embun yang membasahi kaki-kaki siapa saja yang  mengunjungi. Pohon-pohon mahoni yang mengelilingi dan rindangnya pohon beringin di sudut tanah lapang yang siap kapan saja menaungi, kini telah berganti. Ya, suasana  tanah lapang yang setiap sore ramai dikunjungi anak-anak untuk bermain sepak bola, bola voli ataupun bula kasti, kini nampak begitu sepi. Di tambah lagi rumput-rumput yang nampak tinggi tak tertata rapi.

Kemanakah gerangan bocah-bocah kini. Apakah mereka sudah berganti hobi? Bermain game dan menonton telvisi? Tanah lapang pun menjadi tempat yang alergi untuk dikunjungi? Padahal manfaatnya banyak sekali. Selain untuk olah raga tanah lapang juga bisa untuk berekreasi serta juga untuk sarana bersilaturahmi.

Tulisan ini terlahir setelah saya mengamati  beberapa tanah lapang yang baru saja saya kunjungi. Tanah lapang di desa-desa yang kondisinya sangat jauh berbeda dengan zaman saya kecil dulu. Dahulu tanah lapang menjadi pusat kegiatan olah raga warga. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mulai bermain-main hingga menyaksikan turnamen. Namun sekarang kondisinya sangat jauh berbeda. Tanah lapang begitu sepi bahkan seolah tak dibutuhkan lagi.

Kondisi ini tentunya terkait dengan kondisi olah raga yang kurang membudaya di kalangan masyarakat kini. Peringatan Hari Olah Raga Nasional hanya sekadar hari peringatan saja. Dan pelaksanaan olah raga tak lebih menjadi tuntutan saat anak-anak sekolah saja. Lalu bagaimana agar olah raga kembali menjadi budaya? Tentunya ada hal-hal yang dapat kita laksanakan, diantaranya yaitu dengan meramaikan kembali fasilitas-fasilitas umum untuk berolah raga seperti tanah lapang.

Tanah lapang merupakan sarana yang potensial untuk berolah raga. Selain lahannya luas, tanah lapang  juga hampir tersedia di seluruh desa-desa ataupun kelurahan. Bagaimana agar tanah lapang dapat kembali berperan untuk membudayakan olah raga di kalangan masyarakat? Berikut merupakan hal-hal yang mungkin dapat dilakukan: (1) Dengan mengadakan olah raga massal di tanah lapang setiap minggu atau beberapa hari sekali. Misalnya senam bersama dengan mendatangkan instrukstur senam profesional, atau jalan sehat yang diakhiri dengan pembagian dorprize dan lain-lain, (2) Sering-sering mengadakan event perlombaan olah raga untuk anak-anak, baik itu antar RT ataupun antar desa atau kelurahan, jangan hanya pada saat perayaan hari kemerdekaan saja, (3) menumbuhkan kesadaran warga dengan melakukan sosiaisasi pentingnya berolah raga, (4) bersama-sama warga menjaga kelestarian tanah lapang, contohnya tidak membuang sampah sembarangan di arena tanah lapang, (5) memelihara tanah lapang dengan mengadakan kegiatan bersih-bersih tanah lapang setiap bulan sekali, (6) melengkapi sarana dan prasarana di sekitar tanah lapang dengan fasilitas bermain anak-anak, toilet dan lain-lain yang menunjang pelaksanaan kegaitan olah raga warga.

Mudah-mudahan dengan cara seperti ini tanah lapang kembali menjadi tempat favorit bagi warga untuk berolah raga. Dan kegiatan olah raga kembali menjadi budaya di kalangan masyarakat. Sehingga masyarakat Indonesia memiliki fisik yang sehat dan generasi bangsa yang kuat pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun