Masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan nilai-nilai pribadi. Remaja mulai mengeksplorasi kepercayaan, peran, dan tujuan hidup mereka. Mereka yang merasa didukung dalam pencarian ini akan membangun identitas yang kuat. Namun, remaja yang merasa bingung atau merasa terpaksa mengikuti harapan orang lain mungkin mengalami kebingungan identitas. Identitas yang kuat penting untuk memberi arah hidup dan membantu seseorang menjalani masa dewasa dengan penuh keyakinan.
Tahap 6: Keintiman vs Isolasi (Dewasa Awal)
Pada tahap dewasa awal, orang berfokus pada hubungan dekat, seperti persahabatan yang mendalam atau hubungan romantis. Keintiman dan kedekatan emosional ini penting untuk kebahagiaan emosional. Jika seseorang takut terluka atau tidak mampu membuka diri, mereka mungkin menghindari hubungan ini dan merasa terisolasi. Mampu membangun hubungan yang sehat akan memberikan dukungan emosional yang sangat berarti dalam kehidupan dewasa.
Tahap 7: Generativitas vs Stagnasi (Dewasa Pertengahan)
Di usia dewasa pertengahan, banyak orang merasa terdorong untuk memberikan kontribusi pada generasi berikutnya atau komunitas mereka. Hal ini bisa dilakukan melalui pekerjaan, membesarkan anak, atau kegiatan sosial. Mereka yang merasa berhasil melakukannya akan merasa hidup mereka bermakna dan berharga. Sebaliknya, mereka yang merasa tidak berkembang mungkin akan merasakan stagnasi atau kebosanan.
Tahap 8: Integritas vs Keputusasaan (Dewasa Lanjut)
Tahap terakhir terjadi pada usia lanjut, ketika individu mulai merenungkan hidup yang telah dijalani. Jika mereka merasa puas dan menerima semua pengalaman hidup mereka, mereka akan mencapai integritas, yaitu rasa damai dan penerimaan. Namun, jika mereka menyesali banyak hal atau merasa tidak puas, mereka mungkin mengalami keputusasaan. Integritas ini memberikan ketenangan batin yang membantu seseorang menghadapi masa tua dengan lebih bijaksana.
Kesimpulan
Teori psikososial Erikson memberikan pandangan komprehensif mengenai perkembangan manusia dari masa kanak-kanak hingga dewasa lanjut. Dengan menghadapi setiap konflik atau tantangan dalam tahapan ini, individu dapat membangun kepribadian yang seimbang. Teori ini menggarisbawahi pentingnya interaksi sosial dan pengalaman dalam membentuk karakter, serta menunjukkan bahwa perkembangan psikososial berlangsung sepanjang hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H