Malam itu setelah sholat isyak aku pergi menuju ke toko yang biasa kukunjungi selepas sekolah menemui teman baruku. Aku duduk disebuah pondasi bangunan tua yang telah berlumut dan terlihat seperti tak pernah terurus, Meski begitu kupaksakan badanku untuk duduk walau risiko baju kotor terkena lumut, masih dengan tema yang sama yaitu menunggu lama seseorang yang entah kapan ia akan segera datang menghampiriku. ’Krincing-krincing’ suara dua buah gelang bertabrakan yang dikenakan oleh seseorang itu terdengar samar-samar dari kejauhan. Hatiku sudah berfirasat “Oh, itu pasti dia. Dia sudah datang ”gumamku. Tak lama setelah itu tepat didepanku ia melewatiku dan pergi ke toko untuk membeli minuman ,ya nunggu lagi deh akhirnya. It’s ok no problem asal nggak disuruh nunggu ayam bertelor ampek menetas ,alay banget ya hehe .
Masih dengan harapan dia menemuiku entah itu untuk berbincang denganku sebentar atau hanya bertemu denganku. Dari kejauhan sekilas nampak bayangan yang bergerak menujuku disertai suara dari gelang yang amat berisik itu , “Ah itu mungkin dia” ucapku. Ternyata itu memang dia yang telah kembali dari toko hanya untuk membeli sebotol minuman dingin rasa jeruk, Tak perlu basa basi ia segerakan membuka tutup botol minuman itu menggandalkan kedua tangan dengan mudahya seperti mematahkan ranting pohon. Ku mulai berbincang denganya membahas topik yang amat sangat tak penting atau istilahya basa-basi sesaat. Ketika itu mataku terperangah ketika memandang langit dengan banyaknya kilauan cahaya bintang menghiasi malam yang pekat .”Hei, lihat itu ada banyak bintang . Make a wish” kutatap matanya dalam-dalam dan mencoba memahami maksud dari kata-kata yang telah terlontarkan dari bibir mungilnya itu.”Buatlah sebuah permohonan, mungkin suatu hari nanti permintaanmu akan dikabulkan oleh yang kuasa”ucapannya seketika membuatku langsung memahami makna perkataannya sebelumnya.
Belum lama ini kami saling mengenal, setelah kami akrab layaknya seorang teman, dia mulai membuatku selalu terbahak-bahak ketika dia tengah mulai mengeluarkan kalimat maupun tingkah humorisnya. Berkelipnya bintang masih membuatku terbinar-binar ketika memalingkan mata pada pekatnya malam itu, Dia dan aku duduk disana dan menikmati anugerah malam dari tuhan yang mungkin tak akan bisa dirasakan untuk yang kedua kalinya. Masih dengan bahasan bintang yang berkelap-kelip seakan menyapu seluruh mata hanya dengan memperhatikan betapa eloknya dia . Sang pecipta begitu mulia, ketika ada siang pasti ada malam, ketika ada bulan pasti ada bintang. Walau tak selalu bintang itu menemani bulan serta menampakkan sosokya pada dunia bukan berarti ia tak ada ataupun tak dibutuhkan, melainkan sang awan menghalanginya untuk menyapa ribuan makluk yang ada didunia , Dan yang selalu terngiang adalah gemerlapnya bintang disisipkan obrolan ringan dan juga senyum renyahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H