Mohon tunggu...
nianiyka
nianiyka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Ika Kurnia, seorang mahasiswi yang mencoba menuang ide dan perasaan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

16.26 Tenggelam Dalam Penghianatan

22 November 2024   21:22 Diperbarui: 23 November 2024   14:09 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku masih mengingat jelas tentangmu, tentang kisah singkat itu. Kamu, sosok asing, tiba-tiba naik ke kapalku yang sedang karam. Kamu meyakinkanku bahwa kamu berbeda dari penumpang sebelumnya yang pernah singgah. Dengan tutur kata lembut, kamu memberikan janji-janji manis yang terasa seperti penyelamat. Sialnya, aku percaya. Dengan hati yang rapuh, aku menerima kehadiranmu dan menaruh harapan pada dirimu.  

Kapal ini, kapalku, kondisinya sangat hancur. Deknya penuh serpihan kayu dan layar yang sobek. Ombak trauma dan badai kenangan terus menghantam. Aku menceritakan semua luka dan sejarah kelam ini kepadamu, berpikir kamu akan pergi seperti yang lain. Nyatanya, kamu tetap tinggal. Kamu meyakinkanku bahwa kita bisa memperbaiki kapal ini bersama-sama. Aku, yang hampir kehilangan harapan, memilih percaya padamu.  

Hari demi hari berlalu, dan kapal ini mulai kembali tertata. Aku menyadari, akulah yang berperan besar dalam proses ini. Meski kita memulai bersama, kamu sering meninggalkanku di tengah-tengah perjalanan dengan alasan sibuk mengurus hal lain. Namun aku tetap bertahan, mencoba percaya bahwa ketika kapal ini sepenuhnya baik, kita akan berlayar bersama.  

Akhirnya, kapal ini siap untuk perjalanan baru. Kamu mengajakku berlayar menuju pulau impian yang kamu janjikan akan indah. Aku, yang masih menyimpan harapan, memilih melanjutkan perjalanan bersamamu. Namun sejak layar dikembangkan, masalah kecil mulai bermunculan. Ombak kecil menjadi badai di hatiku, tapi aku selalu melawan logika dan terus percaya padamu.  

Perjalanan kita semakin jauh, dan perasaanku mulai goyah. Aku berada di persimpangan antara kepercayaan atau logika. Aku mencoba bertanya padamu, berharap menemukan jawaban, tetapi kamu hanya menyalahkanku karena terlalu curiga. Sampai akhirnya, bukti itu datang. Aku tahu kamu telah singgah di kapal lain.  

Ketika aku menghadapimu, kamu bermanipulasi seolah-olah aku yang tidak percaya. Kamu menyalahkanku atas semua ini, lalu pergi dengan alasan mencari modal untuk melanjutkan perjalanan kita. Kamu terus menekankan pentingnya kepercayaan, padahal kamu sendiri telah mengkhianatinya.  

Dengan luka yang membara, akhirnya aku menemukan kapal lain tempatmu singgah. Pemilik kapal itu mengakui bahwa kamu adalah tamu spesial di sana. Aku menunggu penyesalan darimu, tapi yang kudapat hanyalah pengkhianatan yang semakin dalam.  

Kapal yang sudah kutata dengan susah payah kini hancur kembali. Pecahan kayu berserakan, layar robek diterpa badai, dan aku tenggelam dalam air mata. Kapal yang semula ingin membawa kita menuju kebahagiaan kini karam bersama harapanku. Sosok yang dulu kusebut penyelamat ternyata adalah perusak terbesar.  

Aku menyesali perjalanan ini. Waktu yang kulalui bersamamu, dari 16 Maret hingga 26 November, adalah pelayaran terburuk dalam hidupku. Kini aku sendiri, di tengah lautan luka dan kehancuran, berjuang agar tidak tenggelam sepenuhnya. Sungguh, aku membenci waktu itu dan segala yang kamu bawa ke kapalku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun