Ketika itu, kau pernah mengatakan apabila saya sedang marah terhadap siapa saja, maka kau akan bersedia untuk menjadi pelampiasan atas segala kemarahan yang saya rasakan. Hal tersebut kau lakukan agar supaya saya sedikit banyak untuk mengurangi rasa marah saya dan emosi saya. Tentu kau hafal dengan saya jika saya mudah marah-marah dan lain sebagainya. Meskipun demikian ketika saya melampiaskan tentang kemarahan saya, padahal kau tak tahu menahu akan kejadian sebenarnya; dan ketika saya sudah meluapkan atas kemarahan saya seakan cepat mereda tentang apa yang sedang bergemuruh dalam dada.
Dan belakangan ini ketika saya sedang marah-marah pada orang lain kau pun kena imbasnya, kau pun dengan lela untuk menerima imbas akan kemarahan yang saya rasakan. Akan tetapi saya melampiaskan kemarahan tersebut seakan mudah mereda dan saya kembali tenang. Saya dapat menyimpulkan ternyata cintamu terhadap saya adalah bentuk untuk mengontrol segala kemarahan saya, mengontrol tentang hal-hal yang notabenenya sebagai sisi negatif yang saya punyai.
Dan cintamu yang kau persembahkan dengan ketulusan telah mampu untuk sedikit banyak mengubah dan mengajari saya tentang bagaimana agar tak mudah marah, agar bagaimana mengontrol segala emosi dan bagaimana agar supaya saya lebih tenang ketika sedang terburu-buru atau ingin mengerjakan semuanya seorang diri. Kau telah mengajari saya bagaimana seharusnya untuk selalu berbagi pada orang yang dicintai tak hanya kebahagiaan melainkan semua masalah yang sedang di hadapi pasangannya.
Na, terima kasih kau telah mengajari saya atas kekurangan saya dengan cinta dan kasih sayang, terima kasih dengan segala kesabaran yang telah kau persiapkan untuk bagaimana agar saya supaya sedikit mengubar hal-hal negatif yang saya punyai. Sayang...tetaplah bersabar dengan segala kekurangan saya ya, saya mencintaimu sayang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H