Mohon tunggu...
Niam At Majha
Niam At Majha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Buku dan Penikmat Kopi

Penulis Lepas dan Penikmat Kopi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Masihkah Kau Menganggap Kekasih?

12 Mei 2023   08:57 Diperbarui: 12 Mei 2023   09:03 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin apabila dibicarakan dan diceritakan adalah salah satu bentuk perjalanan yang kedinginan. Keluar dari tempat bekerja sudah di guyur hujan tak berkesudahan. Dingin pasti. Merasa ngantuk tak lagi karena sebelum pergi sudah dibikinkan secangkir kopi oleh kekasih. Dan biasanya saat saya mintain tolong buat bikin kopi selalu presentasi terlebih dahulu. Dan menggunakan power full bukan power point yang pada akhirnya saya lupa jika minta di bikinin kopi.

Bisa jadi dia tahu apabila malamnya saya bergadang hingga sepertiga malam. Bergadang saya bukan sebab tak ada artinya melainkan merumuskan media mandiri yang akan saya bangun  dengan yang lain untuk masa depan. Media dengan diniatkan untuk saling tukar informasi dan menempa diri agar menjadi lebih baik di kemudian hari.

Air hujan adalah rahmat akan tetapi bagi tubuh saya menjadi tak bersahabat. Dinginnya air hujan akan berbeda dirasakan terhadap tubuh yang kurang vit dan sedikit istirahat. Meskipun begitu saya harus tetap menjalani karena sudah menjadi janji yang telah disepakati. Sebab ada salah satu kalimat dari kekasih saya tepatnya sebuah pesan singkat dan padat.

            "Sayang jangan sakit ya.."

Kalimat sederhana akan tetapi menyimpan makna yang begitu kentara. Menyelipkan semangat yang tak terhingga. Meski diguyur hujan harus tetap bertahan. Meskipun dalam dingin harus tak boleh masuk angin. Harus kuat dan sehat. Setelah itu saya berusaha untuk cepat menyelesaikan segala urusan segala diskusi dan sesegera mungkin menyelesaikan apa yang telah dibicarakan. Hingga pada akhirnya saya lupa ngasih kabar terhadap kekasih saya. Jika baterai hanpone akan habis dan lainnya. Semua itu karena diskusi bahasan terlalu serius hingga menguras pikiran.

Saat ketika urusan saya selesai. Dengan sigap dan cepat saya berusaha kembeli ketempat kerja secepat mungkin. Meski gerimis saya tak peduli sebab rindu sudah mengundang dan menghadang. Bahkan untuk mempercepat perjalanan jas hujan tak saya pakai. Sebab dalam asumsi saya memakai jas hujan akan memakan waktu meskipun sedetik atau dua detik.

Harapan saya terlalu berlebih. Ke inginan saya terlalu berangan angan. Sesampainya saya akan disambut dengan senyuman dengan pelukan mesra dengan canda tawa dan lainnya. Akan tetapi semua itu hanya dalam sebuah angan dan harapan. Saya datang dicemberutin dan saat saya tanya ada apa? Selalu bilang baik baik saja. Saya mengiyakan apa yang dia katakan jika saat ini baik baik saja. Pada akhirnya kami kerjasama bahagia. Meskipun sebentar akan tetapi membuat kami bergetar bahagia. Membuat kami saling menikmati kerjasama bahagia ini. Hawa dingin seketika hilang menjadi sebuah kehangatan dalam balutan cumbuan cinta.

Saya memberitahu apabila saya tak langsung pulang melainkan harus bertemu dengan calon sales. Saat kami pulang baik baik saja. Tak ada apa apa. Saya tetap bertemu dengan orang yang notabena siap membantu saya untuk menjualkan produk-produk yang saya kelola. Saya yakin dan mantap jika mau orang tersebut sebab sebelumnya dia telah bersedia untuk bekerja. Akan tetapi sore itu dia telah menarik omonganya dengan berbagai alasan yang menurut saya tak masuk akal. Tapi bagaimana lagi saya sudah berusaha. Dan kecewa saya bertambah lagi. Harapan saya hanti setelah pulang akan bercerita panjang lebar kepada kekasih saya berbicara akan hari-hari ini yang saya lalui. Namun sesampai rumah dia mengirimkan pesan untuk tak boleh menghubungi dan bilang baik baik saja.

Mendapati pesan tersebut saya mengiyakan apa yang dia sampaikan. Semalam saya hanya menunggunya hinngga sepertiga malam. Satu cangkir kopi tak cukup untuk menemani penungguan saya. Saya bukan bergadang tak ada artinya melainkan menunggunya adalah banyak artinya. Dan pada saat pagi hari saya mencoba mengubunginya. Dia jawab meski tak seperti biasanya. Tak apa sebab saya pernah bilang untuk selalu sabar dengan sikapnya. Lha kok bisa bisanya dia bertanya perihal masihkah menggangap kekasih? Saya salah saya mintaa maaf akan tetapi jangan hukum saya seperti ini. Saya tetap mencintaimu saya tetap menyayangimu. Saya tetap selalu mengingatmu dalam sibuk atau pun tak. Ilove you more Na. Masihkah saya mendapatkan maaf darimu atau segala kesalahan yang saya ulang-ulang hingga kau menghafalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun