Mohon tunggu...
Niam At Majha
Niam At Majha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Buku dan Penikmat Kopi

Penulis Lepas dan Penikmat Kopi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Dari Desa Hingga Kota

5 Januari 2023   18:31 Diperbarui: 5 Januari 2023   18:34 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpulan cerpen yang bertajuk Buku dari Ziarah hingga Nurlela adalah karya sekian dari Nadjib Kartapati, Z; dia adalah cerpenis dengan gaya penulisan yang naturalis, tidak neko-neko, tidak sok, tetapi gaya bertuturnya mengalir alamiah, sebab karyanya berlatar belakang kehidupan di desa, menggambarkan nyata masyarakat biasa. Hampir mayoritas karyanya kental dengan latar desa.

Semisal dalam cerpen Dalam Bayangan Ibu, tema yang diambil adalah arti sebuah kebahagiaan bagi seorang Ibu, istri dan tokoh saya (baca:Wandi). Data tersebut mengandung pesan, jika kebahagiaan itu ada dalam hati, bukan dalam ke kayaan dalam arti ekonomi. Bakti seorang anak di Jawa adalah merawat orang tuanya pada saat berusia tua. Hal tersebut tak dapat dilakukan oleh Wandi karena berbeda pandangan perihal soal kebahagiaan. Wandi dan ibunya berbeda pandangan ketika menjelaskan arti sebuah kebahagiaan.

Berbeda lagi dengan cerpen yang bertajuk Ziarah,  sebuah permintaan sederhana dari seorang Ibu terhadap anaknya agar menyempatkan diri untuk menziarahi makam Ayahnya yang berada di desa terpencil nan jauh dari Ibu kota. Padahal dulu desa tersebut adalah tempat kelahiranya. Permintaan sederhana tersebut yaitu ketika tiga hari yang lalu dia bermimpi betemu dengan Ayah. Menerutnya itu adalah isyarak jika makamnya agar diziarahi.

Ibu berpesan apabila makam adalah tempat di mana anak-cucunya bisa melakakukan hubungan batin dan juga merupakan satu saksi bahwa seseorang pernah hidup di dunia.

Nadjib membuka buku kumcer ini dengan cerita perihal ziarah dan yang dipakai sebagai penutup adalah cerpen Nurlela yang ditulis tahun 2013. Cerita tersebut mengandung pesan agar seseorang jangan keliru dalam menilai diri orang lain. Tentang hubungan batin yang mesra antara seorang boca dengan seorang Ibu. Terhadap bocah itu si Ibu memproyeksikan kerinduan dan kasih sayangnya pad anak kandungnya yang hilang. Namun ceritanya berakhir tragis, karena tokoh Nurlela tiada lagi di akhir kisah.

Membaca karya-karya Nadjib kita akan dibawa pada sebuah perenungan  keseharian, dan memandang kembali perihal kehidupan harian kita, meski dalam kisahnya kita bisa dibawa ke alam kadang-kadang, yaitu sedih, bahagia, tertawa bahkan bisa jadi dalam kisah-kisah tersebut kita pernah mengalaminya.

Nadjib bukanlah penulis yang baru kemarin sore, melainkan ia sudah berpuluh-puluh tahun menafakuri cerpen-cerpenya yang berlatarkan cerita dari desa hingga kota. Dengan membaca buku ini tentu pembaca akan menemukan sesuatu yang lain antara kota dan desa. Selamat membaca

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun