Banyaknya peneliti luar yang tertarik dengan studi Indonesia, terutama di Amerika dan Australia menarik perhatian untuk dikaji. Hal ini berawal dari pasca perang dingin, Amerika banyak melakukan studi Indonesia untuk memastikan komunisme tidak berkembang di Indonesia, sedangkan Australia sebagai Negara terdekat tertarik untuk melakukan studi Indonesia untuk memahami kondisi geopolitik Indonesia, terutama tentang oligarki ini.
Oligarki sendiri diartikan sebagai konseptualisasi fenomena ekonomi politik secara kritis. Oligarki sebagai respon situasi di Indonesia dilihat dari pendekatan ekonomi politik kritis. Tesis oligarki di Indonesia yang menyatakan bahwa  setelah reformasi, oligarki ini tidak banyak berubah. Ekonomi yang makin timpang, politik demokrasi yang hanya sebatas pemilu, Institusi Negara yang dibangun untuk kesejahteraan rakyat tetap dikendalikan oleh kelompok elit untuk kepentingan dan akumulasi kapital kelompok elit.
Dalam perspektif modernitas yang melihat perkembangan secara linear, memisahkan ekonomi dan politik. Seharusnya institusi tidak lagi mengontrol otoritas publik, tetapi hal itu tidak terjadi.Â
Demokrasi memenuhi dan sebagai wadah kepentingan publik melalui gerakan sosial. Namun banyak yang tidak mendapatkan hasil, seperti yang terjadi gerakan mahasiswa pada 2019 lalu, sampai saat ini belum ada keputusan yang jelas, hanya ditunda. Hal ini disebabkan karena tidak adanya aktor gerakan sosial yang koheren, masuk secara formal ke arena politik.Â
Kalaupun ada aktor melalui NGO, tetap saja tidak ada representasi formal dan berwewenang, kapital yang terbatas, dan tidak menggunakan massa atau melalui partai politik tertentu. Hal ini yang menyebabkan kelompok tertentu menjadi dominan dalam pemerintahan dan melanggengkan praktik oligarki. Banyak gerakan yang dipatahkan oleh oligarki, mulai dari gerakan politik sampai gerakan yang berbasis ideologi atau keagamaan yang diharapkan sangat mungkin berhasil, nyatanya banyak kelompok yang terfragmentasi dan tidak membuahkan hasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H