Mohon tunggu...
Niala cita
Niala cita Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - INFJ

Perempuan yang hobi mengamati sekitar, suka bercerita dan mendengarkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Barbershop Versus Tukang Cukur Tradisional, Sama-sama Punya Pelanggan Setia

25 Januari 2025   09:32 Diperbarui: 25 Januari 2025   09:32 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan potong rambut (sumber : Dokumentasi Pribadi)

Mendengar istilah tukang cukur tradisional, saya langsung teringat tukang cukur asgar singkatan asli Garut. Daerah Garut memang dikenal sebagai daerah pencetak tukang cukur terbanyak di Indonesia.

Sejarah tukang cukur asgar dimulai dari tahun 1920an saat Indonesia masih dijajah, konon kebanyakan pelanggannya adalah orang Belanda bukan pribumi.

Ada organisasi Persaudaraan Pangkas Rambut Garut (PPRG) yang mewadahi para tulang cukur asgar. Organisasi ini masih aktif berkumpul bahkan pernah meluncurkan buku Peradaban Rambut Nusantara di tahun 2019.

Seiring berkembangnya jaman, muncul barbershop yang dikenal lebih mewah dibanding tukang cukur tradisional.

Munculnya Barbershop 

Di tahun 2011 an Barbershop mulai menjamur di Indonesia, berawal dari ibu kota yang target pasarnya adalah anak muda. Anak muda yang tentu senang memperhatikan penampilan dan mencari tempat yang nyaman untuk memotong rambut dengan model kekinian.

Dengan tempat strategis di pinggir jalan atau tengah kota, ruangan lebar, ber AC, beberapa kursi tempat cukur, serta peralatan yang lebih canggih.

Ada juga beberapa barbershop yang pangsa pasarnya juga adalah anak kecil, dengan harapan ketika ayahnya potong rambut, anaknya bisa turut serta. Barbershop ini menyediakan kursi yang berbentuk mobil-mobilan atau kereta yang bisa berbunyi dan sedikit bergerak. Membuat si anak nyaman dan tenang saat akan di potong rambutnya.

Tukang cukur tradisional 

Keberadaan tukang cukur tradisional seperti asgar masih banyak diminati dan tidak ditinggalkan pelanggan setianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun