_*"Jangan jadikan masalah sebuah beban yang dapat mengganggu hati dan pikiran"*_
Itulah sepenggal kalimat yang saya kutip dari obrolan santai kami bersama *Lies Tjandra Kancana* sore itu. Diusianya yang sudah senja lahir pada tanggal 26 Oktober 1940 (83 tahun), tapi masih terlihat sehat dan penuh semangat. Garis-garis kecantikannya pun masih terlihat.
Menulis. Luar biasa sekali manfaat menulis. Selain melawan lupa, salah satu manfaat menulis yang telah beliau rasakan hingga kini adalah awet muda. Dengan menulis semua yang ada dalam hati dan pikiran dapat tercurahkan. Dengan menulis hati dan pikiran menjadi tenang. Tidak ada lagi beban yang tersimpan. Tutur beliau, mengapa hingga kini beliau masih diberikan kesehatan. Dengan menulis energi negatif pun hilang. Itulah yang membuat penulis awet muda.
Tidak dapat disangkal jika pada usia tua segalanya pasti berkurang seperti pendengaran dan ingatan. Apa yang dialami beberapa saat pun bisa jadi tidak lagi diingatnya. Begitu pula dengan teh Lies saat ini.
Saya bersyukur bisa mengenal beliau. Tidak disangka sebelumnya jika bisa berjumpa dengan seorang cerpenis dan novelis yang karyanya selalu ada di majalah favorit remaja saat saya masih belia. Tidak ada yang kebetulan, semua garis takdir sudah ada dalam perjalanan hidup setiap orang.
Siang itu saya bersama teman (Neneng Sitanggang) silaturahmi ke rumah beliau setelah beberapa tahun pertemuan pertama kami. Berawal dari pertemanan di FB, kecintaan terhadap dunia literasi dan kesukaan yang sama membuat kami cepat akrab dan bersahabat. Teh Lies bagi kami adalah teman juga Ibu. Serunya kami jika bertemu, tidak ada yang lain yang diperbincangkan, selain berbagi pengalaman dan kisah sebuah karya.
Salah satu penulis seangkatan beliau yang terkenal adalah La Rose. Sebagai seorang novelis yang terkenal di zamannya, karya-karya cerpen beliau sudah tidak terhitung. Beliau aktif menulis di berbagai majalah dan media cetak ternama saat itu, seperti Anita Cemerlang dan Pikiran Rakyat juga Mangle.
Judul karya beliau diantaranya *Cinta Putih Di Ambang Senja*, *Kinanti*, dan *Nu Nyumput Tina Takdir*. Sayang sekali banyak karya beliau yang tidak dibukukan. Menurut beliau Trisno Yuwono lah seorang sastrawan Indonesia, yang telah berjasa menerbitkan karya-karya beliau bahkan hingga menjadi sebuah buku.
Kini bukan hanya dengan teh Lies kami bersahabat. Ternyata kami juga bisa cepat dekat dengan putri beliau teh Audy. Seorang wanita hebat yang luar biasa sangat melindungi dan menyayangi Ibunya. Bagi teh Lies, teh Audy adalah anak juga teman dan sahabat tempat beliau curhat. Teh Audy lah yang selalu menemani beliau kemana pun.
_Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Roda kehidupan akan terus berputar_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H