Dengan implementasi kurikulum merdeka di Indonesia, dan apakah guru masih memiliki hak untuk mengatur nilai siswa di dalamnya. Sementara itu, Â Â dengan pola pikir guru serta tantangan yang mereka hadapi dalam dunia pendidikan saat ini, terutama ketika menyangkut pemberian nilai kepada siswa.
Kurikulum merdeka atau sekolah yang mengadopsi program pembelajaran berbasis proyek memang menuntut peran guru yang lebih fleksibel dan terlibat dalam proses pembelajaran siswa. Dalam konteks ini, guru tidak hanya sebatas memberikan materi, tetapi juga harus mampu memfasilitasi siswa dalam menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan secara mandiri. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa kurikulum yang diadopsi oleh masing-masing sekolah yang mengikuti program ini berbeda-beda. Oleh karena itu, peran guru yang bukan hanya sebatas memberikan penilaian, tetapi juga harus mampu mendidik siswa sejak awal agar dapat mencapai hasil belajar sebaik mungkin.
Meski begitu, masih terdapat ketidakpastian mengenai sejauh mana hak guru dalam mengatur nilai dalam kurikulum merdeka, apakah masih terdapat fleksibilitas atau justru kelegaan dalam pemberian nilai. Argumen yang menguatkan keputusan seseorang bukan dari kinerjanya, tetapi dari kebijakan sekolah adalah tantangan utama yang harus dihadapi oleh guru dalam program tersebut. Para guru juga harus memahami bahwa memberikan nilai bukanlah tujuan utama dari pendidikan. Sebaliknya, hal yang lebih penting adalah mengembangkan potensi siswa untuk mencapai kemampuan terbaik mereka.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan perubahan pola pikir guru dalam memberikan nilai kepada siswa. Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu memahami kondisi siswa secara holistik dan bukan hanya melulu soal nilai akademik yang mereka peroleh. Hal ini penting untuk memahami potensi dan minat siswa, serta bagaimana guru dapat memfasilitasi siswa dalam mengeksplorasi bakat dan minat mereka secara lebih luas. Dalam hal ini, guru dapat mengubah peran mereka dari sekadar pengajar menjadi fasilitator yang membantu siswa menemukan keberhasilan mereka sendiri.
Kesimpulannya, masihkah guru mengatrol nilai siswa dalam kurikulum merdeka? Secara harfiah, tentu saja guru masih memiliki peran dalam memberikan nilai kepada siswa. Namun, di sisi lain, penting bagi para guru untuk memahami peran mereka sebagai pendidik dan memfasilitasi siswa untuk mencapai potensi terbaiknya. Dalam konteks ini, nilai bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan siswa. Terlebih lagi, sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memahami siswa dalam konteks yang lebih luas dan membantu mereka menemukan minat dan bakat mereka yang sebenarnya. Dalam hal ini, guru harus terus mengembangkan diri dan beradaptasi dengan perubahan kurikulum, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar terbaik bagi siswa mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H