Mohon tunggu...
Nia Janiar
Nia Janiar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lepas. Gemar mengunjungi pameran seni dan belajar zero waste. Kunjungi blog pribadi di www.niajaniar.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Romo Boni Menuntun Syahadat Orang Sakratul Maut

30 Mei 2019   01:23 Diperbarui: 30 Mei 2019   02:17 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari rawpixel.com

Seorang muslim dianjurkan melakukan talqin atau menuntun seseorang yang sudah lemah, sakratul maut, atau sudah menunjukkan tanda-tanda akan meninggal. Hal ini dilakukan agar calon jenazah itu meninggal dalam iman dan Islamnya. Bahkan sebuah hadits mengatakan "Siapa saja yang ucapan terakhirnya 'L ilha illallh', masuk surga."

Lalu bagaimana jika tidak ada sesama muslim di sekitar calon jenazah tersebut?

Hal ini terjadi pada Romo Boni. Ia adalah seorang seorang Rohaniawan Katolik yang dikenal di sebuah rumah sakit di Purwokerto. Saat sedang menjenguk tetangganya, seorang tenaga medis rumah sakit meminta bantuan romo karena ada pasien yang tengah sekarat.

Pasien tersebut ternyata seorang muslim. Rohaniawan yang memiliki nama lengkap Boni Fausius Abbas ini tahu bahwa seorang muslim dianjurkan mengucap kalimat Allah syahadat sebelum meninggal.

Mulanya Romo sempat ragu untuk memandu pasien mengucapkan kalimat syahadat. Ia tahu bahwa agama yang dianutnya akan dianggap salah jika ia mengucapkan kalimat tersebut. Namun, jiwa toleran Romo bergetar, terutama setelah melihat tidak orang lain yang bisa memandu pasien mengucapkan syahadat.

Dikutip dari Liputan6.com, pastor Gereja Santa Theresia, Majenang, Kabupaten Cilacap ini mengatakan (27/5), "Saya berulang-ulang mengucapkan Asyhadu Allaa Ilaahaillallaah, Wa Asyhadu Anna Muhammadarrosulullah. Saya ingin agar ia berada dalam keimanannya." Kemudian pasien tersebut meninggal dua jam kemudian.

Bagi Boni, tindakannya ini tidak salah. Ia hanya ingin menolong pasien tersebut kembali kepada Tuhan sesuai dengan keimanannya. Meski agama atau jalan menuju Tuhan berbeda-beda, tujuannya sama yaitu Tuhan YME.

Kisah ini menjadi angin segar di tengah suasana Indonesia yang kurang toleransi antar umat beragama. Selama ini, ajakan untuk toleran hanya simbol belaka, kurangnya aksi nyata. Marilah berbuat baik pada sesama umat beragama, karena setiap agama mengajarkan umatnya tidak untuk saling berkelahi, tetapi saling menghargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun